BAB 33: KEMARAHAN KILA

31.8K 2.6K 81
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Tok...Tok...Tokk...

"Kilaaaaaa, Kilaaaa..."

Tok...Tok...Tok...

Kila kesal karena merasa terganggu dengan suara ketukan pintu kamarnya yang sejak tadi tidak ada habisnya.

Bahkan Kila menutup kepalanya dengan bantal, namun suara tersebut sama sekali tidak hilang justru semakin keras. Berharap saja pintu kamar kosnya tidak runtuh karena di ketuk dengan tidak manusiawinya dari luar.

Kila menatap kesal kearah pintu, dia melihat cahaya dari ventilasi jendela. Lihat, langit saja belum terang kenapa sudah ada orang mengamuk di kamarnya.

Dengan malas Kila bangun dan membuka pintu kamarnya. Dia siap memaki siapapun yang membuat kegaduhan di kamarnya pagi ini.

"Bangun sholat subuh," ucap Kama langsung ketika Kila membuka pintunya.

Kila yang sudah siap mengamuk hanya bisa menelan kembali kekesalannya karena manusia tidak tau adab yang menganggunya adalah Kama, bapak kosnya sendiri. Tidak mungkin kan dia memaki-maki Kama, apa tidak langsung di tendang keluar dari kosnya dia.

"Apa sih Pak," ucap Kila dengan wajah judesnya ada Kama.

"Bangun, sholat subuh. Anak gadis bangun siang terus, pantas tidak kaya-kaya rejekinya di patok ayam." Ucap Kama dengan tegasnya pada Kila.

Brak ...

Kila langsung menutup pintu kamarnya dengan keras di depan wajah Kama. Tidak peduli lagi jika laki-laki itu akan mengamuk nantinya.

Dia masih mengantuk dan sudah di bangunkan sepagi ini, rasanya benar-benar kesal.

"Cepat sholat, jangan tidur lagi." Ucap Kama dengan sambil terus mengetuk pintu kamar Kila.

Kila hanya berharap tetangga kosnya tidak protes padanya nanti karena merasa terganggu dengan kelakuan tidak normal dari Kama.

***

"Lari Kila, kamu kok cuma jalan kaya nenek jompo begitu." Ucap Kama meminta Kila lari. Namun, sejak tadi gadis itu hanya jalan dengan malasnya bahkan kakinya saja di seret. Tidak di angkat, benar-benar terlihat malas. Dan Kama sudah mengomel sejak tadi.

Kila hanya menatap malas pada Kama. Dia yang ingin kembali tidur setelah sholat subuh tadi, justru di tarik oleh Kama di bawa lari pagi. Demi tuhan, demi dewa langit dan bumi Kila tidak butuh lari pagi saat ini yang dia butuhkan hanya tidur. Tau kan orang yang kurang tidur itu emosinya tidak stabil, seperti yang tengah Kila alami saat ini. Dia kesal setengah mampus pada Kama.

"Sana lari sendiri," ucap Kila dengan kesalnya.

"Kamu di ajak sehat saja kok susah betul sih Kil." Ucap Kama lagi.

"Aku ngantuk Mas, butuhnya tidur bukannya lari pagi begini. Aku sudah lari setiap pagi, kalau libur butuhnya tidur." Ucap Kila lagi dengan kesalnya. Kesal sekali, andai bisa dia ingin memukul Kama saking jengkelnya.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya Kama pada Kila. Lebih baik mengajak gadis itu sarapan, mungkin saja bisa memperbaiki suasana hatinya.

"Terserah," jawab Kila singkat.

"Terserah itu makanan apa? Bumbunya apa?"

Kila hanya diam, justru berjalan lebih cepat meninggalkan Kama. Biar saja, jika laki-laki itu sarapan. Dia tidak akan peduli.

Sedangkan Kama yang melihat tingkah kesal Kila, bukannya merasa bersalah justru terkekeh pelan.

Dia segera mengejar Kila, dan menarik pelan tangan gadis itu untuk di bawa mencari sarapan.

"Suka nasi uduk atau nasi pecel?" Kama menawari Kila menu sarapan yang biasa ada di sekitar sana.

"Terserah." Jawab Kila singkat.

"Atau gudeg?" Tanya Kama lagi.

"Hemmm," Kila berguman tidak jelas.

***

Kila mengamari tempat yang mereka singgahi itu dengan seksama. Bersih dan ramai, kesan pertama yang Kila lihat disana.

Baik lah, yang membawanya kesana adalah Kama. Laki-laki paling rewel kalau soal makanan. Tidak mungkin dia membanya ke tempat yang asal-asalan. Tapi apa tadi, nasi uduk, pecel, gudek. Dari menu yang di tawar
Kan, mereka justru singgah di warung bubur ayam. Baiklah, baiklah mungkin Kama memang ingin makan bubur ayam.

"Minumnya es teh," ucap Kila pada Kama yang tengah memesan.

Kama pun mengangguk pelan. Lalu tak lama kemudian laki-laki itu menyusul Kila yang lebih dulu duduk.

"Kamu mau kerupuk?" Kama menawari Kila beberapa jenis kerupuk yang tengah di pilihnya.

Kila hanya mengangguk pelan.

Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Dan Kila menatap kesal kearah minuman yang baru saja di antarkan. Seingatnya dia tadi memesan es teh kenapa yang datang teh panas. Apa Kama tuli, sampai salah memesan.

"Es Teh ku mana Mas?" Tanya Kila pada Kama.

"Masih pagi, minum teh panas saja. Es nya belum jadi kata penjualnya." Jawab Kama dengan santai.

Hei, Kila tidak buta. Dia melihat pembeli di sebelahnya minum es teh. Dari mana ceritanya es nya belum jadi. Setidaknya kalau mau berbohong tolong yang masuk akal. Kila bukan anak TK yang mudah di bodohi.

Tanpa mengatakan apapun, Kila langsung bangun dari duduknya membawa segelas teh panas miliknya lalu menghampiri penjual. Meminta ganti es teh.

Kila benar-benar kesal pada Kama, apakah sesulit itu memesankan es teh untuknya. Atau bagaimana maksud laki-laki itu.

"Kamu kok ngeyel sih, pagi-pagi di larang minum es saja susah." Ucap Kama saat Kila kembali duduk membawa segelas es tehnya.

"Kalau pagi itu bagusnya minum yang hangat-hangat apalagi kamu habis olahraga. Tidak bagus minum es seperti ini, tidak baik untuk kesehatan."

Kila memilih mengabaikan Kama, tidak peduli dengan serentetan kalimat yang di ucapkan Kama justru Kila mulai menyendokkan buburnya. Namun, Kama tetap lah Kama. Dia merasa tidak puas ketika Kila seolah tidak mengindahkan ucapannya.

Padahal dia melakukan semua itu demi kesehatan Kila sendiri. Ini masih pagi, mereka baru saja berolahraga. Kama tidak membiarkan Kila untuk minum es. Tapi lihat gadis itu dengan keras kepalanya justru mengganti teh panas yang dia pesan dengan es teh. Kama sedikit kesal, dia tidak suka dengan sikap keras Kila. Kama sedikit terganggu dengan hal tersebut.

Prang ...

Kila meletakkan sendok di tangannya dengan kasar. Menatap Kama dengan kesal. Dia muak dengan kalimat Kama yang tidak ada habisnya padahal mereka tengah makan.

"Kamu kalau kebanyakan aturan, sana cari perempuan lain yang mau kamu atur sesukamu." Ucap Kila dengan kesalnya.

Lalu pergi dari sana, meninggalkan Kama sendirian. Tidak peduli lagi dengan bubur yang baru setengah makan itu. Kila benar-benar muak dengan sikap Kama. Dia sudah cukup sabar dengan kelakuan laki-laki itu sejak pagi sampai detik dimana mereka sarapan. Tapi Kama, seperti tidak ada habisnya berbicara yang semakin membuat emosi Kila naik.

Kila benar - benar tidak suka jika terlalu banyak aturan. Bahkan hanya minum es teh di pagi hari saja apa iya harus di atur. Apa sekarang dia tidak punya kebebasannya lagi. Dia tidak suka olahraga pagi, tapi Kama memaksanya. Baiklah Kila bisa bersabar. Meski dia mengantuk dan butuh tidur tapi Kila memilih menuruti ucapan Kama untuk olahraga.

Tapi kalau cuma gara-gara segelas es teh laki-laki mempermasalahkannya Maka Kila juga bisa tidak tahan dengan sikap Kama.

Kila mengabaikan panggilan Kama yang memintanya kembali, dia jsutru berjakan dengan cepat kembali ke kos nya meninggalkan Kama yang masih ada di warung bubur ayam itu. Terserah juga, kalau sampai laki-laki itu tidak membayar makanannya. Dia tidak akan peduli, paling-paling Kama yang akan merasa malu nantinya.

***BERSAMBUNG***

WNG, 23 MEI 2024
SALAM
E_PRASETYO

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang