Agen - 5

115 21 1
                                    

"Narti, AC di ruang tamu udah nggak dingin. Tolong panggil tukang AC, ya?"

Narti yang saat itu sedang mengelap meja ruang tamu pun menoleh ke arah Oma yang baru datang dari kamarnya, "siap, Oma. Kebetulan, deh, Narti manggil si Agan aja." katanya.

"Agan? Emangnya dia bisa benerin AC?"

"Katanya, sih, bisa, Oma."

Oma menaikkan kedua alisnya dan mengangguk saja.

"Eh tapi, Agan bisanya hari minggu, Oma. Nggak apa-apa?" tanya Narti.

"Ya sudah, tapi besok kamu awasin dia, ya?"

Narti membelalakan matanya. Ia baru ingat kalau hari minggu besok dia tidak bisa seharian di rumah Oma.

"Oma, maaf, mohon ijin untuk besok Narti nggak bisa jaga rumah seharian. Sepupunya Narti nikah terus Narti disuruh jadi pager ayu. Maaf sekali, ya, Oma, Narti izin."

Oma mengulum bibirnya.

"Duh, aku juga besok mau pergi ke acara reuni bareng temen-temenku. Tirna juga nggak akan di rumah karena anterin aku." Oma bingung sendiri.

"Oma, Mbak Narti—Gia berangkat." pamit Gia tanpa menoleh ke arah Oma ataupun Mbak Narti. Mereka masih dalam suasana dingin setelah semalam Oma kembali berkata yang tidak-tidak.

"Nah, Mbak Gia aja, Oma! Kan, besok Mbak Gia libur jaga toko." cetus Narti yang membuat Gia berbalik badan karena namanya disebut.

"Ada apa, Mbak?"

"Besok kamu jaga rumahku! Ada Agan yang mau benerin AC ruang tamu. Tolong pantau dia, mumpung kamu libur." titah Oma.

"Oh, kirain ada apa." balas Gia tak acuh dan kembali berjalan keluar rumah.

Sementara Oma, beliau berdecih dengan sikap cucunya itu.

"Dasar Ibu sama anak sama aja! Sama-sama kurang ajar." cebik Oma pada Gia yang sudah menghilang dari pandangannya.

Narti yang mendengar cibiran itu hanya bisa bungkam dan prihatin dengan nasib Gia yang selalu dimarahi Oma sejak kedatangannya ke sini.

@@@

"Bang, ini boleh disemprot, nggak, buat tester wanginya?"

Agan menengok ke kanan di mana ada seorang pelanggan yang meminta ijin untuk menyemprot minyak wangi yang masih kesegel.

"Nggak boleh, Ci." jawab Agan.

"Trus biar tau wangi apa engga gimana, dong?"

"Wangi, kok, itu Ci. Coba aja tempelin ke mulut Cici, hm, asem dah tuh mulut."

Pelanggan itu terkekeh dengan candaan Agan.

Setelah berbincang dengan pelanggannya, ponsel mahal Agan berdering. Ternyata Narti yang menelpon.

"Halo Ti, ngapah?" tanya Agan dengan tangan yang sibuk mendisplay sabun dan juga shampo ke rak. "Gua lagi sibuk, nih, pake lu telpon segala."

"Besok minggu free 'kan lu, Gan? Disuruh Oma benerin AC ruang tamu, noh."

Agan membelalakan matanya. Apa?! Benerin AC. Duh, dia 'kan tidak begitu ahli amat soal per-AC-an ini. Cuma karena dia punya misi ingin mendekati Gia aja jadinya dia bikin poster penawaran jasa seperti kemarin.

"Bisa kagak?!" Narti berseru memastikan. "Kalo kagak bisa gua panggil yang—"

"Yeee, meremehkan gua lu?! Bisa, lah. Jam berapa?"

"Pagi, jam 9."

"Ya udah, besok gua ke rumah Oma." setuju Agan. Soalnya kalau tidak setuju, pupus sudah harapannya untuk mendekati Gia di langkah pertama.

Agen AganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang