"Asmara mengisahkan kita
Mengingatkanku pada dirimu
Gelora mengingatkanku
Bahwa cintamu telah merasuk jantungku...Sejujurnya (sejujurnya)
Ku tak bisa (ku tak bisa)
Hidup tanpa ada kamu aku gila (aku gila)
Seandainya (seandainya)
Kamu bisa (kamu bisa)
Mengulang kembali lagi cinta kita (cinta kita)..."Suara khas Firman dengan lagunya yang berjudul Kehilangan, menggema di ruang khusus karyawan inti AGEN AGAN.
Jam setengah sebelas siang, pegawai di dalamnya mangkir sejenak dari pekerjaan mereka. Tidak khawatir takut dimarahi oleh bos mereka, sebab bos mereka sendiri juga berlaku santai di dalamnya.
Abah dan Tiara kebetulan tidak datang ke agen karena harus menghadiri undangan pernikahan kerabat mereka yang ada di Bandung. Sementara Agan, selaku pengawas harian memilih tiduran di atas matras yang ada di ruangan karyawan inti. Dia sedang tidak enak badan. Badannya lemas dan juga panas. Abah menyuruhnya datang ke agen saja supaya bisa diawasi oleh karyawannya yang lain mengingat hari ini rumah dalam keadaan kosong.
Abah khawatir. Takut terjadi apa-apa kalau Agan ditinggal sendirian.
Huekkk... huekkk
Suara sendawa itu berasal dari Ilyas yang kini punggungnya tengah dikerok oleh Dinda. Ilyas juga sedang tidak enak badan. Sepertinya masuk angin.
"Din, yang bener apa Din keroknya. Ledes ntar kulit gua." omel Ilyas pada Dinda yang sedang menggesek koin di punggunya.
Dinda berdecak, "biar anginnya cepet keluar." kata gadis itu yang makin mengencangkan kerokannya. Tentu memmbuat Ilyas semakin meringis karena merasakan perih di punggungnya.
"Aw! Yang bener Din—" ucapan Ilyas terjeda, karena setelahnya terdengar suara kentut yang menggelegar ke seisi ruangan. Yap, Ilyas yang kentut.
Hal itu sontak membuat Dinda marah. Dikeplak lah kepala Ilyas dan Dinda buru-buru menutup hidungnya dengan baju. Bau seperti sampah menyeruak ke seluruh ruangan. Terlebih ruangannya ber-AC.
Sementara pelaku yang barusan mengeluarkan bom mematikan itu hanya menyengir tak merasa bersalah sedikitpun.
"Bajingan kentut!" umpat Dinda.
Agan yang tadinya sedang asyik memejamkan mata sembari menghayati lagu Firman pun berdecak dengan kernyitan di dahinya. "Tolooool, bau!" Dia juga turut menjepit hidungnya, "Teh Nda, tolong semprotin pake stella, pintunya dibuka aja. Si tolol kentut kagak pake aba-aba."
"Maap, Yank." cetus Ilyas, masih sambil nyengir.
Dinda pun bangkit dan meraih pengharum ruangan di lemari dan menyemprotkan pengharum itu ke seluruh ruangan. Tak lupa membuka pintu agar bau kentut milik Ilyas bisa cepat-cepat sirna.
"Gua masuk angin banget ini." keluh Ilyas. Ikut tiduran di samping Agan.
"Kenapa jadi pada sakit, dah?" tukas Dinda yang kembali duduk di dekat kakinya Ilyas.
"Gak tau, gaenak badan asli." ungkap Ilyas.
Dinda meraih kaki Agan untuk mengecek suhu tubuh pemuda itu. Rasanya panas bukan main. "Gan, ke dokter aja ayo. Panas banget ini kulit kaki lu." bujuk Dinda yang hanya dibalas gelengan oleh Agan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agen Agan
FanfictionDia bukan seorang raja ataupun seorang pangeran. Dia hanyalah seorang Agan. Pemuda penjaga sebuah agen yang pernah bermimpi menunggangi seekor kuda putih dan bertemu seorang gadis cantik yang disinyalir seorang putri. Namun ketika terbangun, yang...