Agen - 36

55 9 5
                                    

Sejak pagi, Gia sibuk menata barang-barang yang akan ia bawa ke Mojokerto. Hari Jum'at masih beberapa hari lagi namun dia memilih untuk packing dari sekarang. Supaya tidak terlalu terburu-buru kalau nanti mendekati hari H.

"Nih Mbak Gia bajunya, udah Narti gosok." Narti masuk ke dalam kamarnya sambil membawa setumpuk baju milik Gia yang barusan ia setrika.

"Iya Mbak, makasih banyak, ya." ucap Gia sambil tersenyum. Dimasukkan lah baju-baju itu ke dalam koper.

Narti ikut duduk di atas kasur Gia dan membantu cucunya Oma Wida itu packing.

"Mbak Narti udah packing?"

"Udah doooong," balas Narti ceria. Oh iya, omong-omong, Narti dan Tirna juga diajak Oma pergi ke Mojokerto. Tentunya untuk menemani Oma selama menginap di sana. Baik Narti ataupun Tirna dengan senang hati menyetujui ajakan Oma. Selain menghormati Oma sebagai majikan mereka, jalan-jalan ke luar Jakarta tidak terlalu buruk.

Narti senang kalau sudah diajak jalan-jalan begini.

Rencananya nanti Gia, Oma, dan Narti berangkat dengan pesawat. Sedangkan Tirna berangkat sendiri naik mobil. Soalnya supaya bisa gampang kalau mau jalan-jalan di sana.

"Mbak Gia balik ke sini lagi, kan? Gak lama 'kan di sana?" tanya Narti.

Gia melirik Narti sebentar, lalu tersenyum. "Aku gak tau, Mbak."

Narti menampakkan wajah sedihnya, "yah, masa sebentar doang sih Mbak Gia di sininya. Gak seru, ah. Duri jadi sepi lagi kalo gak ada Mbak Gia." ujar wanita itu. "Emangnya Mbak Gia mau LDR-an sama Agan?"

Gia tergugu mendengar nama Agan yang disebut Narti.

"Mbak... aku sama dia udah putus."

Narti pura-pura tercengang padahal sebenarnya sudah tahu karena kemarin menguping percakapan Oma dan Gia.

"Ya ampun?! Mbaaaak?"

Gia terkekeh dan mengangguk.

"Kok, lah, kok..."

"Kenapa 'kok'?"

"Perasaan oke-oke aja, deh." Narti menggaruk kepalanya. "Oma juga udah lempeng 'kan sama keluarganya Agan."

"Agak complex Mbak sebenernya." kata Gia, "bagi aku..."

"Jadi ini alasan Mbak Gia mau balik lagi ke jawa?"

"Enggak juga, kok. Aku kangen Mamah ku. Kemarin abis nelpon Mamah katanya Mamah juga kangen, ya udah lah mau aku samper Mamah lagi." jelas Gia, "lagian, Oma udah nggak permasalahin siapa yang bakal jaga bisnisnya. Aku ikut berpartisipasi dari jauh aja."

"Hu'um, bisa jadi itu alibi Oma supaya Mbak Gia dateng ke sini. Oma kangen sama cucunya."

Gia hanya menganggukan kepalanya. Lalu, dia turun dari kasur dan membuka laci nakas.

Begitu lacinya dibuka, Gia menemukan kain batik AgantaGia ada di sana. Gia terpaku dengan mata memanas. Momen-momen kebersamaannya dengan Agan malah terputar tanpa permisi.

Gia mengambil kain batik itu dan memasukkannya ke dalam koper. Biarpun sudah putus hubungan, tapi barang itu adalah kenangan. Bagaimanapun juga, Gia masih menyisakan rasa sayang untuk Agan.

"Trus, Mbak pamit ke Agan, gak?" tanya Narti lagi.

"Aku gak tau."

Narti membulatkan bibirnya.

"Gia! Gi, sini sebentar..." suara Oma menginterupsi. Membuat Gia dan Narti keluar dari kamar.

Begitu sampai di ruang tamu, Gia mendapati sosok Dinda bersama Roni datang dengan wajah cemas.

Agen AganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang