Bab Duapuluhenam

1.7K 94 6
                                        

Tak terasa, empat tahun berlalu,

Kini usia si kembar sudah menginjak umur empat tahun, usia yang sedang aktif aktifnya.

Umur pernikahan Taehyung dan Jungkook juga sudah menginjak tahun kelima. Meskipun mereka pasangan yang harmonis namun yang namanya rumah tangga pasti tetap ada konflik di dalamnya, sejauh ini mereka dapat menyelesaikan dengan baik.

Itu dua tahun lalu— sebelum kabar buruk menimpa keluarga harmonis itu. Dua tahun lalu, Taehyung dan Jungkook dikejutkan bahwa sang putri mengidap, Autisme.

Dua tahun lalu, kedua pasangan itu rasanya hancur. Merasa sebagai orang tua yang buruk.

Awalnya Jungkook merasa cemas karena sang anak— Hadleyia tidak begitu merespon ucapan atau stimulasi yang Jungkook beri. Berbeda dengan sang abang, Hadley. Yang sangat aktif seperti balita pada umumnya.

Mengajak Taehyung kerumah sakit saat sore itu Hadleyia tampak hanya diam, tidak mau menatap sang Dadda sejak siang. Hanya bermain sendiri.

Saat pulang kantor, keduanya bergegas membawa Hadleyia ke dokter. Takut sakit, pikir Jungkook kala itu, Taehyung juga cemas. Mereka berempat masuk ke ruang dokter.

Setelah melakukan pemeriksaan, dokter anak itu— Seojoon. Menghela nafas kasar dan memberi diagnosa sementara, lalu seminggu setelahnya Hadleyia dinyatakan mengidap Autisme.

Atau, Gangguan perkembangan serius yang mengganggu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi.

Hari itu Jungkook baru menyadari, bahwa sang putri lebih diam dibanding sang kakak. Putrinya tak banyak menangis, hanya menatap jika ingin sesuatu, lalu ia sibuk akan bermain sendiri.

Malam itu keheningan melanda, baik Jungkook atau Taehyung hanya diam sibuk dengan pikiran masing masing, Jungkook terus setia menggumam kata maaf pada sang putri yang tertidur di gendongan nya.

"Hyung— maafkan aku" Cicit Jungkook pada malam itu.

Taehyung hanya diam, memandang kedua anaknya cemas. Tak membalas perkataan Jungkook, lalu pergi setelahnya. Bahkan lelaki itu tak pulang malam itu.

Ia tak tau, Jungkooknya menangis sendiri dikamarnya. Tengah malam Jungkook masuk ke dalam kamar sang anak, mengecup kening kedua anaknya sayang.

"Maafkan Dadda, maafkan Dadda sayang" Malam itu Jungkook tak tidur, ia tahu suaminya juga tak pulang malam itu.

Sejak saat itu semuanya berubah.

×××

Pagi ini Jungkook tengah bersiap. Menyiapkan sang Putra lalu beralih pada sang Putri yang masih tampak anteng dengan mainan miliknya dikasur miliknya.

"Dadda, apa Dadda akan memeriksa adik lagi hari ini" Kim Hadley bertanya dengan suaranya yang lucu, membuat Jungkook mengangguk sambil membenahi Hadleyia.

"Iya sayang kau benar, kau ingin ikut?" Tanya Jungkook, Hadley memang sudah bisa berbicara dengan lancar. Lain hal dengan sang adik yang masih terbata untuk berbicara. Hanya satu kata.

"Bolehkah Dadda? Apa Daddy mengizinkan?" Tanya Hadley antusias, Jungkook terdiam ia tak menjawab pertanyaan sang anak.

Benar, selama ini Taehyung tak mengizinkan Jungkook membawa Hadley kerumah sakit untuk memeriksa Hadleyia, bahkan suaminya itu hanya beberapa kali menemaninya memeriksa Hadleyia.

Bisa Jungkook hitung, bulan pertama saat Hadleyia dinyatakan harus rajin terapi. Lalu saat usia anaknya menginjak tiga tahun dan satu bulan lalu, walaupun hanya mengantar sampai di halaman rumah sakit saja, tiga kali

"Nak? Sudah siap? Ayo kita berangkat," Ujar Taehyung yang masuk ke kamar anaknya. Menatap Hadley dengan senyuman manis.

"Daddy aku ingin ikut Dadda dan adik" Oceh Hadley yang kini sudah digendongan Daddynya.

Taehyung dan Jungkook saling menatap, berakhir Taehyung memutuskan pandangannya terlebih dahulu.

"Tidak boleh, kau ikut Daddy ke kantor hari ini, Yoonji ada di kantor paman Jimin membawanya" Ujar Taehyung sambil berlalu dari kamar sang anak.

Di belakang Jungkook hanya menghela nafasnya lelah, selalu begini. Sudah dua bulan terakhir Taehyung menjadi semakin dingin, bahkan Jungkook tak lagi dapat menggapainya. Mereka satu rumah, tapi jauh.

Menatap putrinya yang kini menatap Jungkook polos, mengecup sayang dalam hati meminta maaf karena putrinya tak mendapat kasih sayang dari sang Daddy utuh.

Salahnya. Kalau ia bisa merawat anak dengan baik pasti kedua anaknya mendapat perhatian yang sama, tersenyum miris lalu memutuskan untuk segera berangkat ke rumah sakit. Jadwal checkupnya sedikit lagi.

Menghentikan langkah saat melihat Taehyung tampak memasangkan sepatu pada anak sulungnya, lalu kembali menggendong anak sulungnya dan berlalu begitu saja keluar dari rumah mereka.

Setelah memberi jeda, membiarkan mobil Taehyung berlalu. Jungkook segera keluar, memanggil pak sopir yang ada di rumahnya.

Jungkook dan Hadleyia berangkat, hanya berdua. Saling menguatkan satu sama lain.

Setidaknya Jungkook tak begitu cemas, Taehyung masih menaruh perhatian penuh pada anak sulungnya, walau kadang teriris merasa keadaan putrinya tak dianggap. Ia hanya bisa tersenyum, menguatkan hatinya.

×××

"Perkembangan yang bagus, Hadleyia sudah mulai merespon, harus ditingkatkan pelan pelan. Jangan lelah untuk terapi ya pak Jungkook" Ujar dokter Seojoon. Memberi semangat, sedikit paham karena ia juga membaca situasi.

"Terima kasih dok, terima kasih atas bantuannya" Ujar Jungkook lalu membawa sang putri keluar dari ruang pemeriksaan.

Kini Jungkook meminta agar pak sopir membawa mobilnya ke sebuah mall. Ingin membelikan sepatu baru untuk Hadleyia yang sudah mulai, akan berjalan. Sangat telat. Tapi ini perkembangan yang bagus.

Sibuk memilih sepatu yang ia cari, lalu juga membelikan sang putra sepatu. Kembar dengan sang adik, setelah membayar ia memutuskan untuk keluar dari toko tersebut.

Matanya tak sengaja melihat ke arah time zone disana. Dapat ia lihat, sang suami dan anaknya— Hadley tengah tertawa lebar sambil memainkan permainan disana.

Lagi lagi hanya dapat tersenyum, mengecup sayang surai Hadleyia yang tengah tertidur digendongannya. Lalu berlalu, bergegas untuk pulang.

Nak, maafkan Dadda. Seharusnya kamu juga ikut bersama Daddy dan Abangmu. Jangan cemas ya? Dadda usahakan kamu juga akan mendapatkannya suatu hari nanti.

Mengecup sayang surai Hadleyia, lalu bergegas menuju dapur. Untuk memasak.

×××

TBC

The Fearless [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang