Bab Duapuluhdelapan

1.9K 99 13
                                        

Malam ini ada acara dirumah keluarga Kim— pasangan Namjoon dan Seokjin. Mereka mengundang keluarga mereka datang untuk merayakan kehamilan kedua Seokjin.

Datang dengan saling menggandeng dan memasang senyum lebar. Taehyung dan Jungkook kini terlihat seperti keluarga yang bahagia. Hanya sandiwara di depan mereka.

"Hyung kesana dulu" Pamit Taehyung dengan nada yang hangat, seperti dulu. Jungkook mengangguk, melihat Taehyung menjauh bersama Kim Hadley di gandengan suaminya itu. Terlihat sangat idaman bukan.

"Jungkookie!" Jungkook menoleh, tersenyum melihat sang Papi yang menghampirinya.

"Yaampun Papi rindu," Pekik Baekhyun dan mengambil alih Hadleyia lalu mengecupinya gemas.

Oh iya, semua keluarga sudah tau akan kondisi Hadleyia, mereka menyemangati Jungkook tidak menghakiminya. Jungkook jujur merasa lega, setidaknya anaknya di terima oleh keluarganya, ia cukup tenang.

"Dimana Taehyung dan Hadley, Papi tidak melihatnya" Ujar Baekhyun.

"Ah, Taehyungie hyung pergi menghampiri Papa, Namjoon hyung dan Jimin hyung disana" Tunjuk Jungkook pada sudut rumah Seokjin.

Baekhyun mengangguk, lalu membawa Jungkook menikmati makanan yang tersedia. Sejenak Jungkook melepaskan bebannya, ia kembali tertawa— tawa yang tak lagi terlihat saat dirumah. Tawa tulusnya.

Taehyung memperhatikan dari jauh, lalu mengalihkan pandangan, memperhatikan Hadley yang kini bermain dengan Yoonji dan Namjin di halaman belakang. Menyendu—

Setelah pulang dari rumah Seokjin, kembali lagi menjadi orang asing. Taehyung menggendong sang putra yang terlelap di car seat. Membawanya ke kamar. Meninggalkan Jungkook yang menatap sendu sang suami.

Lalu membuka pintu penumpang, menggendong Hadleyia sedikit kesusahan membuat sang satpam yang berjaga pun membantu Jungkook, membawa tas berisi keperluan Hadleyia. Bahkan Taehyung tak perduli, hanya menatap datar Jungkook yang terlihat kesusahan. Lalu pergi begitu saja.

×××

Tengah malam tepat pukul 02.00 Jungkook terbangun dari tidurnya, ia tertidur di kamar sang anak. Lalu beranjak saat merasakan haus ditenggorokan.

Berjalan gontai, menuju dapur guna mengambil air minum. Namun saat hendak kembali ke kamar anaknya, ia melihat pintu terbuka. Menampilkan sosok suaminya, bersama sang satpam. Dengan suaminya di bopong oleh satpam rumahnya masuk.

"Tuan Jungkook— tuan Taehyung nampaknya mabuk, tuan baru saja pulang" Ujar satpam itu meletakan Taehyung yang sempoyongan di sofa ruang tengah.

Jungkook mengangguk, memperhatikan Taehyung yang meracau, lalu menyuruh satpam tersebut kembali berjaga.

"Hyung kenapa—"

"Shht! Diamlah! Berisik!"

Tak menjawab. Jungkook pun hendak membopong suaminya ke kamar. Lalu dorongan kasar yang ia dapat.

"Jangan sentuh aku! Orang tua tak becus!" Jungkook memejamkan mata, ia melihat Taehyung berjalan terseok seok menuju tangga lalu menyusulnya. Bagaimana pula Taehyung masih suaminya.

"Biar aku bantu hyung", "Tidak perlu lepaskan aku! Hik! Aku membencimu" Luruh sudah, Jungkook mulai terisak.

Isakan Jungkook membuat Taehyung mencengram wajahnya, membuat mata mereka saling bertemu. Dapat Jungkook lihat mata suaminya memerah, ia tak tau berfikir bahwa itu efek dari mabuknya.

"Kau! Aku membencimu Jeon Jungkook! Kau tidak becus! Kau orang tua yang buruk! Sialan! Anakku cacat karena mu! Aku malu!"

Masih terisak, menahan sakit saat Taehyung semakin mencengram kencang wajahnya.

Kata kata Taehyung terus berputar, cacat. Lebih menyakitkan dari sikap, perkataan serta cengkraman Taehyung malam ini.

Anaknya tidak cacat! Anaknya hanya perlu perhatian lebih, bukan cacat seperti yang Taehyung katakan. Anaknya anugerah.

Menatap nyalang mata sayu Taehyung, lalu berucap, "Cukup hyung! Aku selama ini diam! Kau bahkan dua tahun terakhir tak memberi perhatian mu pada putri kita! Seharusnya kau menerimanya! Seharusnya kau memperhatikannya bukan malah menghindar seperti ini!" Teriak Jungkook dengan air mata mengalir di wajahnya.

Tanpa di duga Taehyung mendorong tubuhnya, punggung nya sakit terbentur ujung tangga. Lalu setelahnya suara tamparan menggema di ruangan sunyi itu.

Menunduk, menatap lantai tak percaya. Tamparan hebat membuat pipinya kebas.

"JANGAN MENGAJARIKU SIALAN! PERGI KAU DARI RUMAH INI, AKU TAK MEMBUTUHKANMU! BAWA ANAK CACAT ITU PERGI" Teriak Taehyung lalu tubuhnya jatuh, sepertinya pingsan.

Jungkook kembali terisak hebat, selang beberapa menit ia berusaha menghentikan tangisannya, menatap Taehyung dengan tatapan benci, bukan tatapan sendu seperti sebelum sebelumnya. Berjalan terseok menaiki tangga yang terasa begitu banyak.

Sesampainya di lantai dua. Ia memasuki kamarnya dengan Taehyung, membuka lemari, mengambil beberapa potong baju lalu memasukannya ke-dalam tasnya.

Lalu menuliskan sesuatu diatas sebuah kertas, dan meninggalkan kertas itu diatas nakas bersama dengan cincin pernikahan.

Jungkook melepas cicin pernikahannya, tanpa ragu. Memandang sudut kamar itu sejenak. Lalu melangkah keluar, ke kamar anaknya. Membenahi beberapa potong baju serta keperluan penting Hadleyia. Lalu menggendong sang putri yang terlelap dalam dekapan hangatnya. Kini pun ia beralih ingin membenahi putranya— namun langkahnya terhenti melihat buku gambar milik Hadley.

Ada gambar dua orang yang sedang bergandengan, dengan tulisan.

Hadley.Daddy

Hari ini menyenangkan, sayang Daddy!

Membuat Jungkook tersenyum miris, menatap lamat putranya yang tertidur pulas.

Memutuskan untuk mendekati putranya, mengecup lama kening dan mengelus sayang surainya.

"Maafkan Dadda nde, Dadda yakin kau akan lebih bahagia jika bersama Daddymu, maaf juga Dadda tidak bisa membawa mu dan memisahkan mu dengan adik"

Mengecup wajah sang anak sulung dengan kecupan basah.

Lalu pergi berlalu, dengan Hadleyia di gendongan. Dengan tas di tangan kanannya.

Sesampainya di ruang tengah, ia melihat Taehyung masih ditempat yang sama. Tertidur pulas. Atau pingsan lebih tepatnya.

Saat hendak melaju, ia mendengar dering telepon milik Taehyung, entah kenapa ia mengangkatnya.

"Taehyung aku hamil,"

Memutuskan untuk mematikan sambungan telefon dan berlari tergesa keluar dari rumah-nya.

"Nak Jungkook!" Panggil bibi Shin dengan tergopoh menghampiri Jungkook yang sudah di pintu.

"Kau kenapa nak, ada apa? Kenapa membawa tas seperti ini. Pipi mu kenapa?" Tanya bibi Shin bertubi tubi, khawatir dengan keadaan Jungkook yang seperti menjadi korban kekerasan. Sangat berantakan sekali.

"Bibi Jungkook titip abang ya, jaga abang dengan baik. Jungkook mohon bibi, jangan tinggalkan abang sendiri, Jungkook mohon"

Tak menjawab pertanyaan bibi Shin, Jungkook malah berlutut di kaki bibi Shin sambil meracau untuk menjaga anaknya.

"Jungkook—"

"Aku pergi bibi, tolong katakan pada abang bahwa aku sangat menyayanginya lebih- hiks! dari nyawaku sendiri" Tak menunggu jawaban, Jungkook berlari keluar dari rumahnya.

Memohon untuk dibukakan pintu pada satpam yang berjaga. Dengan ragu satpam tersebut membuka pintu gerbang, Jungkook pergi berlalu setelahnya. Berjalan kaki di dini hari.

×××

TBC

The Fearless [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang