Bab Tigapuluhempat

779 49 3
                                    

13 tahun berlalu,

Hari terus berjalan, bulan berganti dan tahun pun bertambah. Tak ada yang berubah selama tiga belas tahun terakhir.

Hanya ada kesunyian dirumah yang dulu hangat, hanya ada Taehyung dan sang sulungnya Kim Hadley.

Tiga belas tahun berlalu, artinya Kim Hadley kini sudah menginjak umur Delapan belas tahun. Sudah memasuki Sekolah Menengah Atas, bahkan tahun ini menjadi tahun terakhirnya disana.

"Nak? Sarapan dulu" Ujar Taehyung saat Hadley menuruni tangga.

Anaknya tak menjawab, ia menggeleng lalu segera berlalu, pergi ke sekolah.

Taehyung menghela nafas, semakin hari Hadley semakin menutup diri. Sebenernya ia menyadari perubahan sang putra saat setelah acara pesta ulang tahun kelimanya.

Hadley menjadi anak yang pendiam, hanya menerima perlakukan semua keluarga yang diberikan. Tak pernah meminta, tak pernah mencari Dadda dan Adik lagi sejak saat itu.

Jujur saja membuat Taehyung bingung, tapi berasumsi bahwa anaknya tidak ingin berbicara saja.

Apalagi sikap Hadley bertambah dingin dari Dua tahun lalu, saat anak itu memasuki SMA.

Taehyung hidup dihantui rasa bersalah, tak pernah ia menghentikan pencarian suami dan anaknya— Taehyung tak pernah menyetujui perceraian itu.

Masih menyimpan kertas itu di laci meja  kerjanya.

Lamunannya terganggu saat dering teleponnya berdering. Setelahnya suara wanita terdengar dari seberang sana.

"Halo! Taehyung nanti siang ayo ke mall!"

"Baiklah, nanti aku akan menjemputmu"

"Oke! Aku tunggu!"

Panggilan terputus, Taehyung memutuskan untuk pergi ke kantor. Tanpa sarapan lagi.

×××

"Kim! Bagaimana kalau membolos hari ini" Hadley hanya diam, menimang nimang.

"Boleh, ayo" Ujar Hadley lalu diikuti dua pemuda lain.

Memang bel masuk belum berbunyi, mereka masuk ke dalam mobil Hadley dan Hadley melajukan mobilnya keluar dari sekolah.

Berjalan tak tentu arah, Hadley hanya fokus pada jalanan di depannya.

"Mau kemana hari ini boss!" Tanya salah satu diantara mereka.

Hadley mengedikan bahunya acuh, lalu ia berhenti di sebuah panti. Kata paman Yoongi, panti ini adalah tempat sang Dadda dibesarkan. Bersama paman Yoongi.

Setiap bulan pasti Hadley berkunjung, sudah tidak ada bibi Kang. Pemilik panti sekaligus ibu asuh Jungkook itu sudah meninggal sepuluh tahun lalu.

Hanya ada Jihoon, yang kini merawat panti itu dengan baik, menggantikan bibi Kang.

Jihoon adalah salah satu anak panti, ia diangkat anak oleh bibi Kang sedahulu bibi Kang meninggal, bibi Kang meminta untuk meneruskannya agar menjaga panti ini.

Jihoon itu seumuran Jungkook, jadi ia tahu Jungkook. Bagaimana kehidupan Jungkook selama di panti.

"Wah panti cui, kita bisa numpang makan gratis" Celetuk yang lain.

Hadley tak menanggapi, kedua orang lainnya sih sudah biasa dengan sikap acuh sahabatnya.

Omong omong mereka sudah berteman sejak Sekolah Dasar. Sudah kebal, awalnya kesulitan saat mengajak berteman Hadley.

Tapi mereka berdua tak kenal lelah mendekati Kim yang dingin itu. Mereka juga sudah tau keadaan keluarga Hadley.

Hadley sudah menceritakan semuanya kepada kedua sahabatnya itu. Percaya.

Vian dan Gala melihat Hadley kini sudah berbincang dengan pemilik panti. Masih muda, kata Hadley sih ia seumuran dengan Daddanya. Membuat Hadley begitu dekat.

"Vian, Gala sini ayo sarapan dulu. Duduk di dekat Hadley ya" Sudah terlalu sering di ajak kesini saat membolos, membuat Jihoon mengenal Vian dan Gala sebagai sahabat anaknya Jungkook.

Ketiga remaja itu pun menghabiskan waktu membolos mereka di panti.

×××

"Iyya! Bangun nak, kau harus sekolah" Teriak sang Dadda, membangunkan anak gadisnya.

Kini Jungkook tak lagi tinggal di rumah Appa Kim di Amerika, Jungkook membeli sebuah apartemen, hasil dari dirinya bekerja di salah satu kantor cabang milik Appa Kim.

Menjadi sekretaris, walaupun Jungkook hanya lulusan SMA. Jungkook itu pintar, Appa Kim tak perlu mengajari hal baru berulang ulang, Jungkook mudah paham.

Satu tahun saat Jungkook menetap di Amerika, Appa Kim mempercayai anaknya itu untuk menjadi sekretaris di salah satu kantor cabangnya di Amerika, cabang kecil.

Alasannya tak ingin membuat Jungkook terlalu sibuk, anaknya harus fokus dengan cucunya juga. Lalu dua tahun setelahnya Jungkookie meminta izin untuk tinggal di apartemen, berdua. Bersama anaknya.

Setelah perdebatan cukup panjang antara Appa Kim, Eomma Kim dan Namjoon hyung, Jungkook di izinkan untuk tinggal di apartemen dengan catatan harus berkabar.

Ia tersenyum saat sang anak gadis keluar dari kamarnya. Menenteng buku di tangan.

"Tasmu mana sayang? Kok bukunya hanya dibawa" Ujar Jungkook mengambil alih buku di tangan sang putri, lalu memberi piring sarapannya.

"Kau makan dulu, biar Dadda yang siapkan tas mu ya", "Maafkan aku Dadda, aku lupa menaruh tasku dimana" Ujar Hadleyia.

Jungkook mengangguk lalu bergegas menuju kamar sang putri, mengambil tas dan memasuki buku buku pelajarannya.

"Hari ini diantar Papa Hoseok nde? Dadda ada meeting, tidak sempat jika mengantarkan iyya dulu" Hadleyia mengangguk patuh.

Omong omong Hadleyia sudah cukup membaik. Sudah mulai seperti remaja pada umumnya, karena ia rutin melakukan terapi. Bahkan sampai saat ini, usia delapan belas.

Jungkook juga memasukan Hadleyia ke sekolah umum, ia mengikuti saran dokter agar Hadleyia diberi kepercayaan bergaul.

Sejauh ini baik, sekolah disini cukup bagus. Tak ada masalah pembullyan atau semacamnya,

"Iyya? Sudah siap? Ayo papa antar" Ujar Hoseok menghampiri Hadleyia dan Jungkook.

Hadleyia mengangguk, Jungkook membantu anaknya menggendong tas. Lalu mengecup sayang surai sang anak.

"Aku titip Iyya ya Hyung, maaf merepotkan" Hoseok mengangguk, mengelus punggung sang adik sayang.

"Tidak apa kie— Hadleyia anak hyung juga"

Setelahnya Jungkook bergegas ke kantor.

Begitulah kehidupan Jungkook selama di Amerika. Membaik, walaupun Jungkook masih terus memikirkan anaknya yang lain.

×××

TBC

The Fearless [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang