The End

1.1K 137 62
                                        

Waktunya permainan di akhiri.















































































Seminggu berlalu dengan Marsha yang berada di Zona Merah, tak ada satupun yang bisa mencegah orang-orang untuk tidak memperlakukan Marsha dengan buruk karena sesuai perkataan Marsha sendiri jika permainan ini ada untuk mengusir rasa bosan bagi seluruh siswa di sekolah, dan permainan ini adalah milik seluruh siswa.

Ayah maupun Ibu dari Marsha yang begitu memiliki kekuasaan kini tak mampu berbuat apa-apa, karena Sang kakek sudah membungkam mereka berdua dengan kasus korupsi yang besar di perusahaan dan di sekolah.

Zee melihat keadaan Marsha yang jauh dari Marsha yang dulu yang hampir sempurna dengan kecantikan nya tapi kini hanya lebam dan luka-luka bekas pemberian dari orang lain.

Suasana kelas hening ketika Marsha masuk dengan sudut bibir yang sedikit robek, dan beberapa tempelan perban di kening nya, lebam biru di kaki dan tangan nya.

Semua mata memandang pada Marsha yang masih berdiri di depan meja nya.

Zee bangkit dan berjalan ke depan dan berhenti tepat di depan Marsha yang menatap tajam mata nya.

"Kita hancurkan saja permainan ini ok, kamu sendiri tidak suka dengan ini semua kan? Kita hapus aplikasi nya dari HP kita masing-masing, jadi bulan depan tak ada acara voting mem voting, semua siswa sama saja, mau kaya atau miskin, mau tampan atau tidak, mau cantik atau tidak, semua pemberian Tuhan yang harusnya di syukuri, aku juga ga mau liat kamu kaya gini, penuh luka dan di bully tiap hari oleh orang-orang yang ingin balas dendam sama kamu, kamu setuju kan untuk hancurkan permainan ini?"

"Yang lain juga setuju kan?" Seru Zee.

"Iya setuju!"

"Biar kita ga merasa takut lagi, karena takut di Zona Merah" Seru yang lain.

"Hancurkan saja game nya!"

"Liat, semua setuju, dan aku yakin setelah semua yang kamu rasakan, kamu juga pasti akan setuju untuk menghilangkan permainan ini kan?"

Marsha masih merasa dendam pada Zee dia menghentakkan kakinya dan pergi dari kelas.

Zee menoleh pada Gracia sebagai isyarat dia akan mengejar Marsha.

"Ayo Toy" Ajak Gracia ikut mengejar Zee.

Shani tentu ikut juga menyusul mereka berdua.

Mereka keluar dari sekolah menghiraukan pak Satpam yang bertugas di gerbang.

Marsha masih berlari dengan amarahnya yang memuncak, bukan tangisan yang terlihat di wajahnya melainkan kebencian yang mendalam.

"Marsha tunggu!" Marsha tak menghiraukan panggilan Zee, dia tetap berlari.

Marsha menuju pemukiman warga dan dia berhenti berlari di tengah jembatan dengan sungai yang deras.

Dengan nafas terengah-engah mereka berhenti sejenak.

"Marsha...haahh..kamu mau kemana?"

Back To Campus (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang