Salju baru turun melapisi yg lama, laksana kenangan- kenangan, seperti tahun-tahun yg lalu. Menurut ramalan cuaca, udara juga akan sangat dingin, menambah selapis es lagi pada kota yg sudah berselimutkan es. Sudah memasuki musim dingin sekarang, sunoo mengancingkan satu persatu kemejanya kemudian tanpa dapat di cegah matanya dapat melihat jelas tanda yg memenuhi dada dan lehernya. Seperti permanen, tanda-tanda di sekujur tubuhnya itu bahkan tidak sempat walau hanya sekedar untuk memudar.
Sedangkan keenam pangeran sedang meminum teh hangat di gelas mereka masing-masing. Mereka duduk di sofa memperhatikan sunoo yg sedang duduk di meja rias, sunoo yg baru saja selesai mandi. Sang siren... Wajah itu cantik, lebih cantik lagi ketika dia menyerahkan dirinya pada kenikmatan dan membiarkan mereka menikmati semua ekspresi yg singgah di wajah cantik itu. Sebelum bertemu dengan sunoo mereka sudah banyak melakukan seks, namun tidak pernah satupun dari mereka yg merasakan kepuasan dan kebanggaan yg begitu besar dari pada ketika saat melihat sunoo merintih dan meracau di bawahnya. mereka sudah merasakan tubuh sunoo, namun hal lain amat sangat menganggu mereka... Itu adalah ketika sunoo menatap mereka dengan begitu dingin, seakan semua sesuatu tentang berbagi kenikmatan itu hanya bentuk dari orang asing yg kebetulan saling menindih. Sunoo tidak menolak ketika di sentuh bahkan sunoo juga ikut dalam permainan itu. Tapi setelah itu semuanya seperti tak berarti apa-apa bagi sunoo, meski tubuh saling menyatu sekalipun namun sunoo begitu jauh. Semua ini ntah kenapa rasanya sangat menganggu mereka.
Sunoo hendak melangkahkan kakinya menuju ke arah ranjang, dia ingin tidur. Sunoo tidak menghiraukan keberadaan keenam pangeran itu.
Melihat sunoo yg sudah bangkit dari duduknya, jay lebih dulu memanggil sunoo.
"Sunoo..."Mendengar namanya di panggil, sunoo langsung menoleh. Tidak bersuara tapi memandang mereka dengan alis terangkat.
"Kemarilah..." Jake juga bersuara.
Sunoo melangkahkan kakinya untuk mendekat. Sesampainya disana tubuhnya langsung di tarik dan terduduk di pangkuan heeseung. Sunoo berdecak untuk hal itu.
"Ada apa, aku ingin tidur".Heeseung menghela nafas, mengeratkan pelukannya di pinggang sunoo.
"Kenapa kamu begitu dingin, kamu terlalu dingin untuk kita yg sudah berbagi kehangatan satu sama lain".Melihat sunoo yg masih diam sunghoon juga bersuara.
"Berhenti membatasi dirimu sunoo""Jangan memperlakukan kami seolah kita adalah orang asing". Niki menambahi
Sunoo menghela nafas pelan.
"Apa yg kalian bicarakan, aku tidak mengerti""Jangan pura-pura tidak mengerti" jungwon memandang tepat di manik biru laut itu.
"Apa lagi yg kalian inginkan dariku, aku sudah mengakui kalau aku milik kalian. Lalu apa lagi sekarang?". Sunoo menatap jengah
"Berhenti bersikap acuh". Sunghoon memijit pelipisnya
Sunoo menggelengkan kepalanya, tanpa aba-aba dia menyingkirkan lengan heeseung lalu berdiri dari duduknya hendak meninggalkan enam orang itu.
"Sunoo, berhenti..." Suara heeseung menggema di dalam kamar itu.
Langkah kaki itu terhenti, sunoo memejamkan matanya sebentar lalu kembali berbalik menghadap mereka.
"Aku tidak mengerti, kenapa kalian selalu saja mengajakku bertengkar. Kita sudah terlalu sering membahas ini"."Itu karena sikapmu tidak juga berubah". Heeseung kembali bersuara
Sunoo melipat kedua lengannya didadanya.
"Sikap ku?.. memangnya aku harus bagaimana.... Bersikap hangat?, Manja?".
Kemudian sunoo menggeleng pelan
"Memangnya apa yg mau di harapkan, kita hanya orang asing".
KAMU SEDANG MEMBACA
L'océan || Kim.Sunoo
FantasyLaut, ombak dan badai. Seluruh negeri di landa resah, setiap kapal yg berlayar melintasi laut itu tidak akan ada yg kembali. Badai menghancurkan segalanya. Seluruh kapal dan awak kapal tidak akan pernah kembali. Bahkan laut tidak mengembalikan puing...