45 : hundred broken hearts

613 114 46
                                    

Setelah selesai mandi, cale memperhatikan dari dekat wajah cantik bubunya yg kini tengah menyisir lembut rambutnya. Setelah itu tangan bubunya juga dengan cekatan merapikan sekali lagi baju yg sudah cal pakai.

"Nah, pangeran cale yg tampan sekarang sudah siap", Sunoo tersenyum dan mengecup pipi cal.

"Terima kasih bubu", Cal juga membalas mengecup pipi bubunya. Setelah itu cal berjalan menuju sofa, duduk disana sebari menunggu bubunya bersiap-siap.

Sunoo berdiri di depan lemari pakaian, sedang bingung kira-kira akan memakai baju apa. Sunoo mengambil dua setelan dan berjalan ke depan cal. "Cale, menurutmu lebih bagus yg ini, atau yg ini?"

Cal memperhatikan baju yg bubunya tunjukkan, "Bubu pasti cantik mau mengenakan baju yg manapun"

Sunoo tertawa pelan. "Oh ayolah cal, pilih satu yg cocok untuk bubu"

"Yg sebelah kanan saja...", Cal akhirnya memilih, berpikir pasti warna pastel itu sangat cocok untuk bubunya

Sunoo tersenyum dan mengangguk, setelahnya segera masuk ke ruang ganti.

Cal dari tadi hanya duduk diam, bahkan sampai bubunya keluar dari ruang ganti. Sebuah senyuman kembali terbit di bibir cal melihat bubunya yg ntah kenapa hari ini terlihat sangat bersemangat dan berseri-seri. Cal bukannya tak menyadari bahwa sejak pagi tadi wajah bubunya itu amat berseri-seri.

"Bubu sedang bahagia yaa... Dari tadi cal lihat bubu senyum-senyum terus", cal akhirnya menyuarakan isi hatinya

Sunoo yg sedang duduk di meja rias menoleh pada cal, mengerjap. Apakah wajah bahagianya terlalu kentara?, Bagaimana mungkin sunoo tidak bahagia jika mengingat bahwa enam orang itu semalaman melamarnya, yg artinya mereka akan segera menikah. Pikiran itu membuat sunoo terus saja merasa terbang ke awang-awang. Replek sunoo melihat cincin di tangannya, jantungnya kembali berdebar dan senyuman itu lagi-lagi gagal untuk sunoo tahan.

"Bubu beli cincin baru yaa?", Cal menaikkan alisnya, mustahil sekali cal tidak menyadarinya ketika kini bubunya terang-terangan sedang melihat tangannya sendiri. Berlian di cincin itu nampak berkilau karena cahaya matahari pagi.

Menyadari tingkah konyolnya, sunoo buru-buru berdehem. Kemudian sunoo berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati cal yg sedang duduk di sofa. Sunoo mendudukkan dirinya di samping cal.

Cal mengerjap memandang bubunya. "Bubu?"

Untuk sejenak sunoo diam menatap cal. Apakah dia ceritakan saja apa yg terjadi. Mungkin sudah waktunya sunoo bicara pada cal. "Cale..."

"Hmm", cal menunggu bubunya bicara

Sebelum memutuskan untuk membicarakan semuanya sunoo meraih tangan mungil cal untuk dia genggam. "Cincin ini dari ayahmu", Sunoo memperhatikan ekspresi cal, namun anak itu hanya mengangguk. Jadi sunoo melanjutkan ucapannya. "Semalam ayahmu melamar bubu..."

"Melamar?", Anak itu jelas bingung belum mengerti dengan istilah melamar.

"Iya. Itu artinya ayahmu mengajak bubu untuk menikah". Setelah sunoo menyelesaikan kalimatnya, sekarang sunoo dapat melihat ekspresi cal langsung berubah

Cal mendongak melihat bubunya. "Bubu akan menikah dengan ayah. Bubu lebih memilih ayah dari pada cal." Katanya dengan mata yg mulai berkaca-kaca

Melihat hal itu jelas langsung membuat sunoo panik, sunoo langsung membawa cal kedalam pelukannya. Mengelus lembut bahu anak itu. "Bukan seperti itu, itu artinya bubu memilih ayahmu dan juga cal. Jika bubu menikah dengan ayahmu maka bubu akan sungguhan jadi ibunya cal."

"Jadi sekarang bubu bukan sungguhan ibunya cal?", Tanyanya lagi

"Maksudnya begini sayang... Untuk jadi orang tua itu artinya harus menikah. Harus jadi pasangan suami-istri jika ingin menjadi orang tua sungguhan. Itu artinya bubu harus jadi istri ayahmu untuk jadi orang tuanya cal, untuk jadi ibunya cal", Sunoo mencoba menjelaskan selembut mungkin

L'océan || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang