Pada akhirnya mereka tidak akan pernah cukup untuk satu sama lain. Mereka saling menyentuh dengan semua kerinduan yg telah lama terpendam. Apapun yg terjadi di antara mereka itu hanya menuntun mereka pada satu kegiatan yg sama. seperti magis, ketertarikan fisik itu tidak bisa ditampik, melejit-lejit, mendesis dan membakar pelan, berubah menjadi api besar yg melahap mereka, sebelum berubah menjadi ledakan hebat yg terkadang membuat mereka merasa sedang mengalami kematian kecil yg menyenangkan.
This heaven.Mereka menarik diri dari sunoo, melihat keadaan sunoo yg hanya dalam hitungan detik sudah nampak amat kacau. Mereka bahkan tidak menunggu lagi. Ketika pindah ke kamar lain dan masuk ke sana, mereka langsung menyerang sunoo di sofa saat itu juga. "Sunoo, apakah kamu mengizinkan kami melakukannya?", Mereka menatap sunoo yg kini terbaring di sofa.
Sunoo memejamkan matanya, rasanya ingin menyumpah serapahi mereka. Bukankah sudah terlambat untuk bertanya, ketika kini sunoo sudah berbaring di sofa itu dalam keadaan telanjang, dengan tubuh mengkilat basah dan penuh dengan ruam. Bibir bengkak dan puting yg juga membengkak. Mereka lebih brengsek lagi jika menghentikan itu semua padahal sudah membuat sunoo sekacau ini. Sunoo mendongak menatap mereka. "Tidak perlu bertanya lagi, sebenarnya jika boleh jujur wajah kalian itu tidak cocok jadi pria baik-baik".
Mereka yg mendengar itu terkekeh geli, kemudian menyeringai kecil. Mereka mendudukkan diri di sofa yg ada di seberang. Memperhatikan tubuh telanjang sunoo yg teronggok di sofa. Malam masih panjang, mereka pikir tidak masalah bermain-main sedikit dengan sunoo. "Tentu saja kita akan melakukannya, tapi sekarang kami ingin melihatmu memuaskan dirimu sendiri sunoo..."
Sunoo terkejut, tak akan menyangka akan mendengar hal itu, wajah sunoo semakin merah merona dalam sekilap mata. Bagi sunoo mana pernah dia menyentuh dirinya sendiri dan hal itu amat memalukan. Dan sunoo tidak dapat membayangkan melakukannya di depan mereka, dengan pangeran yg kini menatapnya intens dan penuh akan gairah sekaligus. "No, aku tidak mau..."
"Ayolah sunoo, apakah kamu malu?"
Harusnya tidak perlu dipertanyakan lagi meskipun pada akhirnya sunoo tetap mencoba untuk melakukannya. Kenapa tidak? Ide ini justru membuat tubuhnya semakin panas. Berkonsentrasi, sunoo kembali membaringkan badannya di sofa kulit yg empuk itu, merasakan bagaimana kulit tubuhnya kembali sensitif. Sunoo terbuka, udara dingin menyentuh seluruh saraf sensitifnya dan di seberang sana duduk pangeran yg pernah dan masih membuat jantung dan tubuhnya berdesir.
Sunoo mulai dengan meremas dadanya memijatnya membayangkan pangeran-lah yg melakukannya. Dia menyentuh puncaknya sendiri dan menggosok lembut sambil membayangkan mulut panas pangeran yg ada di sana. Itu berhasil, sunoo bisa merasakan tubuhnya menghangat, darahnya mengalir lebih deras, dentuman dadanya meningkat dan tubuh bawahnya kian berdenyut. Satu tangan sunoo kemudian menyelinap ke antara kedua kakinya lalu membelai dirinya sendiri. Sunoo membayangkan kembali jari-jari pangeran yg tadi menari di sana, menyentuh titik intinya, yg lain bergerak memasukinya. Sunoo tahu mereka berenam bergairah di sana ketika melihatnya menyentuh dirinya sendiri. Napas sunoo semakin cepat saat jarinya bergerak lamban tetapi teratur, membangun ketegangan yg tadi sempat runtuh dan segera, jari-jarinya basah. Inti tubuhnya membengkak di bawah sentuhannya dan paha-paha sunoo ikut bergerak seirama jemarinya. Sunoo mulai membayangkan pangeranlah yg sedang bergerak di dalam dirinya, keluar dan masuk, mengklaim dirinya dengan segenap kekuatan pria itu.
Mereka berenam menjilat bibir tanpa sadar, Mata tajam itu tidak bisa beralih dari pemandangan di hadapan mereka. Suara erangan sunoo mengelilingi mereka, menambah tekanan panas yg sedang meliputi. Mereka bisa menatap sunoo dengan sangat jelas. Kedua kaki sunoo tertekuk lebar, jari-jemari sang siren hilang timbul dalam lingkaran basah kemerahan tersebut. Sunoo menggelinjang gelisah seolah tersiksa, lalu melenguh, meracau tak jelas di antara desah napasnya yg terputus-putus sementara aromanya yg sensual meningkat tajam di dalam kamar itu. Wajah sunoo yg cantik terlihat semakin cantik. Mereka mereguk ludah kasar, kembali dan mengernyit menahan rasa sakit mendamba di bawah perut. Napas mereka memburu tajam ketika melihat mata sunoo terpejam, pipi sunoo terlihat memerah sementara dari bibirnya terdengar desahan, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan ketika dia mengerang. Tangan sunoo yg bebas mencengkeram tepian sofa dengan erat ketika gelombang demi gelombang hebat menghantam tubuh polosnya yg lembut. Mereka tahu sunoo sudah dekat dan mereka akan melihat, mengeksplorasi, mengamati ketika sunoo mencapai puncaknya. Dan itu sungguh berharga. Sunoo mengejang hebat dalam satu ketika dan mengeluarkan desahan yg tidak berhasil ditahannya, tubuhnya melenting sementara seluruh gerakannya terhenti, seolah sedang mencoba berpusat untuk merasakan apa yang sedang melanda tubuhnya. Mereka melihat dahi sunoo mengernyit dan matanya mengerut erat, seperti sedang berfokus pada satu titik terpenting dalam hidupnya, berkonsentrasi penuh untuk meraih dan mendekap momen itu sebelum semuanya berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'océan || Kim.Sunoo
FantasyLaut, ombak dan badai. Seluruh negeri di landa resah, setiap kapal yg berlayar melintasi laut itu tidak akan ada yg kembali. Badai menghancurkan segalanya. Seluruh kapal dan awak kapal tidak akan pernah kembali. Bahkan laut tidak mengembalikan puing...