53 : gather my tears

711 135 100
                                    

Bahwa setiap manusia memiliki memori. Kesadaran akan masa yg pernah dilewati, seolah-olah hidup kembali. Beberapa memori memang bertujuan untuk dikenang, tapi yg lain ternyata ganas dan menggerogoti. Manusia menatap jalanan, teringat. Manusia menatap hujan, teringat. Manusia bahagia, teringat. Seandainya masih bersama-sama. Sesayang-sayangnya kita dengan seseorang katanya memang terkadang tidak boleh menjadikan seseorang itu sebagai rumah. Khawatir kalau sewaktu-waktu orang itu hilang atau pergi kita akan merasa kehilangan semuanya. Sunoo adalah rumah mereka, dan benar saja, Kepergian sunoo benar-benar membuat mereka kehilangan segalanya.

"Cal!!!...", Awalnya sayup-sayup cal mendengar suara ayahnya kemudian suara itu menjadi jelas, suara deras air hujan, suara petir menyambar, suara panik ayahnya. Cal terbatuk hebat kemudian pelan-pelan membuka matanya, pandangannya memburam karena tetes air hujan. Setelah itu cal merasakan tubuhnya di gendong. Satu hal yg cal tahu, bahwa ternyata bubunya tidak datang menyelamatkannya.

Mereka sampai ke kamar dengan kondisi yg basah kuyup, heeseung menurunkan cal di ranjang. Sunghoon cepat-cepat membuka baju cal, jungwon mengambil baju baru untuk cal, jay datang membawa selimut tebal yg hangat, jake mengambil alat medisnya, niki datang dengan baskom berisi air hangat. Mereka berenam dengan kondisi yg amat kacau begitu cekatan mengurus anak mereka. Untuk sekarang tidak ada yg lebih penting dari pada memastikan bahwa cal baik-baik saja. Setengah jam lalu rasanya nyawa mereka di tarik paksa saat menyaksikan cal hampir saja tenggelam, bagaimana tubuh kecil itu jika terlambat sedikit saja maka cal akan terseret oleh badai.  Mereka mengutuk diri sendiri, harusnya tidak tertidur dan kecolongan seperti ini.

Dengan pandangan nanar mereka melihat cal berbaring memejamkan mata, anak itu mengigil sekarang. Badannya panas. Tidak satupun dari mereka yg mampu bersuara.

"Bubu...", Kata itulah yg keluar dari mulut cal, cal mengigaukan bubunya dalam demamnya.

Heeseung menyentuh kening cal, merasakan tubuh anaknya yg begitu panas. Jake segera meletakkan kompres di kening cal. Mereka semua manarik kursi untuk duduk di samping ranjang cal. Merasa jadi ayah yg paling tidak beguna sedunia. Tidak dapat membayangkan jika mereka juga kehilangan cal. Dan di luar sana badai sedang terjadi, gemuruh petir terdengar nyaring. Dari jendela kamar nampak laut yg seperti sedang mengamuk. Persetan dengan badai di luar sana karena badai yg sedang terjadi di hidup mereka pun tak kalah dahsyatnya. Setelahnya mereka tidak lagi tidur, memastikan keadaan cal dan terus menciumi anak mereka itu. Meminta maaf pada cal karena mereka anaknya yg masih sekecil itu harus melalui semua ini.


Ketika pagi datang badai di luar sana sudah berlalu, matahari bersinar hangat, langit cerah. Sinar matahari pagi membuat cal membuka matanya dan langsung di hadiahi banyak ciuman sayang dari ayahnya. "Ayah...", Suaranya terdengar pelan dan serak

"Pagi pangeran kecil ayah..."

Setelahnya cal membiarkan ayahnya kembali memeriksa dirinya. Sejujurnya cal merasa lemas pada tubuhnya. Cal menatap lemah ketika kini cal dapat melihat ayahnya yg begitu berantakan, lebih berantakan dari yg selama ini yg pernah cal lihat.

"Maafkan cal ayah...", Cal mengatakan itu dengan penuh penyesalan

"Memangnya apa kesalahan cal hmm?", Niki mengelus puncak kepala anak itu

"Karena cal sudah nekat ke laut..." Cal menunduk, tidak mau menatap mata ayahnya

"Jangan lakukan itu lagi yaa. Cal tahu tidak ayahnya rasanya begitu gila melihatmu seperti semalam", Sunghoon mengambil tangan cal mengecup tangan kecil itu

Heeseung menghela nafas ketika kini mata anaknya kembali berkaca-kaca. "Cale..."

Tangan kecilnya meremat selimut yg menutupi tubuhnya. "Maafkan cal. Cal hanya ingin menyusul bubu... Cal hanya ingin bertemu bubu, ayah. Tapi ternyata bubu tidak datang... Hiks..."

L'océan || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang