22 : malam pesta

921 137 55
                                    

Di bawah naungan sebatang pohon ek tua yg ada di tebing taman belakang istana dengan pemandangan laut menghampar luas, Sunoo membentangkan sehelai kain flanel untuk menjadi alas duduknya, sunoo melepaskan sendalnya meregangkan badan untuk sekedar menghirup aroma garam lalu duduk disana merasakan angin sepoi-sepoi yg menerpa kulit dinginnya dan sayup-sayup mendengar suara debur ombak yg mengempas bebatuan karang di bawah sana. Sunoo akan menikmati sorenya disana, bersandar di batang pohon itu lalu menikmati ice cream favoritnya.

Tangannya meraih keranjang tempat snacks beraneka macam yg didominasi rasa mintcocho. Lalu sunoo menoleh pada para pengawal yg setia berjejer di belakangnya.

"Apa kalian mau?" Sunoo menyodorkan ice cream itu pada pengawal

"Tidak, terimakasih tuan sunoo" prajurit itu menggeleng menjawab dengan sopan

"Tidak apa-apa, ini tidak aku masukan obat tidur lagi, sungguh". Sunoo kembali bersuara. Kemudian sunoo menghela nafas pelan ketika para pengawal itu tetap diam. Mata bak rubah ini memandang dengan rasa bersalah pada mereka.
"Maaf untuk hari itu, karena aku mencoba untuk kabur kalian jadi kena hukum"

Mendengar hal itu para pengawal hanya mengangguk singkat, mengatakan itu memang sudah jadi tanggungjawab mereka.

"Meski begitu ambilah ini sebagai permintaan maaf..." Sunoo tetap menyodorkan ice creamnya

Para pengawal itu hanya berdiri diam tak menanggapi sunoo lagi, bukan apa-apa jangankan menerima ice cream itu dari sunoo pangeran bahkan melarang keras mereka untuk bicara dengan sunoo. Bukan hanya melarang bicara, pangeran juga melarang mereka memandang sunoo, maka mereka semua kekeh mempertahankan wajah tanpa ekspresi lalu memandang lurus ke depan dengan posisi siap siaga. Hal yg membuat sunoo harus meletakkan kembali ice cream itu ke keranjangnya.

Sunoo menikmati ice creamnya dalam hening, tidak ada suara apapun selain dari pada suara alam, kicau burung, debur ombak, sayup angin, juga ranting-ranting kayu yg patah... Selain itu sunoo juga membawa sebuah lyra, alat musik itu sunoo bawa dari ruang musik. Sunoo memposisikan lyra itu di pangkuannya lalu mulai memetiknya. Sunoo tidak bernyanyi dia hanya memainkan beberapa melodi sebagai pelengkap suasana syahdu sore itu. Spektrum jingga pada kaki langit sore itu seakan membawa sunoo pergi ke dimensi lain seperti rangkai waktu yg menemui dentuman sepi. Senja yg mendamba di antara taburan bunga musim semi. Sebelum senja terbenam mengakhiri masa langitnya dalam detik yg terfana, dalam detak yg terfana sunoo memejamkan matanya. Beberapa menit dan ketika dia kembali membuka mata bertepatan dengan matahari yg benar-benar akan tenggelam.



Setelah mengembalikan lyra itu ke ruang musik, sekarang sunoo sedang berjalan di koridor istana berpapasan dengan banyak pelayan yg sibuk kesana-kemari menyiapkan pesta nanti malam, sunoo melihat taman-taman sudah dihias sedemikian rupa, juga ruangan yg akan di gunakan untuk pesta. Kakinya melangkah ringan hendak kembali menuju kamarnya, hingga di tengah jalan sebuah pemandangan membuat langkah kakinya terhenti namun sudah terlambat untuk dia membalikkan badan.

"Terimakasih untuk hari ini... Jalan-jalannya luar biasa". Princess soha tersenyum memandang ke enam pangeran. Lalu tanpa mengatakan apapun dia menjinjitkan kakinya mengecup satu persatu bibir pangeran. Pangeran tidak menolak sama sekali, lengan kekar itu justru menarik pinggang ramping itu untuk memperdalam ciuman mereka.

Ketika sudut mata soha melihat keberadaan sunoo dia dengan pelan mendorong dada pangeran juga lengan yg memerangkap pinggangnya.
"Sunoo..."

Mendengar soha menyebut nama sunoo mata keenam pangeran sontak melebar beberapa saat, membalikan badan dan saat itulah mata mereka bertemu tatap dengan manik biru laut sang siren.

Sunoo mengusap lehernya canggung,
"Maaf harusnya aku tidak lewat sini..."

"Tidak sunoo... Tidak apa-apa". Soha menjawab cepat dengan pipi merona merah karena malu.

L'océan || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang