26 : summer wadding

899 150 178
                                    

Gubuk itu tepat di pinggir hutan, mereka berenam sudah berdiri tepat di depan pagar gubuk tua itu, beberapa burung gagak bertengger di pembatas pagar. Mereka saling pandang satu sama lain lalu kemudian mengangguk dan membulatkan tekad, setidaknya mereka harus mencoba. Dan tepat saat mereka tiba di depan pintu, pintu itu terbuka dengan sendirinya.

"Sial, apa ini sudah benar?", Jay berbisik pelan memandang ke sekeliling

"Ini alamat yg benar", jake berdecak mulai melangkahkan kakinya untuk masuk di ikuti dengan yg lain.

Mata mereka awas memperhatikan kesekeliling gubuk itu, ternyata saat di dalam tidak terlalu menyeramkan namun tetap saja kental aura mistis. Banyak simbol-simbol di dinding, barang-barang tua yg tidak mereka kenali bentuknya.

"Permisi.... Apa ada orang?", Heeseung sedikit mengeraskan suaranya

Beberapa kali heeseung mengulang perkataannya namun tidak seorangpun yg muncul.

"Pulang saja?", Jungwon memandang ngeri kesekeliling, dari awal dia sudah tidak terlalu yakin dengan ide ini.

"Tunggulah sebentar lagi, kita sudah jauh-jauh kesini", sunghoon bersuara. Mereka semua melakukan perjalanan dari pagi hingga siang hanya untuk sampai ke gubuk ini.

Mereka semua menghela nafas, menunggu dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, memikirkan segitu frustasinya hingga mereka memilih mendatangi rumah dukun.

"Ada perlu apa?, Hingga jauh-jauh datang kemari?" Seorang wanita tua muncul dari belakang.

Mereka semua menoleh, mendapati nenek tua dengan rambut yg telah memutih semua. Sangat tua hingga berjalan saja harus menggunakan tongkat.

"Duduk lah...", Nenek itu mempersilahkan mereka untuk duduk.

Mereka saling pandang, tidak ada kursi untuk duduk. Apakah artinya mereka harus lesehan di lantai?, Untuk kesekian kalinya mereka menghela nafas dan mendudukkan diri di lantai kayu yg beralaskan tikar itu.

"Katakan keperluan kalian, apa mau di ramal?, Cek kesehatan?, Percintaan?, Jodoh, atau mau cek khodam, atau mau membuat jimat?, Orang-orang biasanya datang kemari untuk itu", nenek tua itu memandang pangeran satu persatu. Dia tahu yg datang adalah pangeran, meskipun pangeran memakai baju biasa sebagai penyamaran agar terlihat seperti rakyat biasa pada umumnya.

Heeseung berdehem pelan untuk mulai bicara menyampaikan maksud mereka datang kemari. "Kami beberapa bulan terakhir ini mengalami mimpi yg aneh nek"

Nenek itu mengangguk paham.
"Kemarikan tangan kalian..."

Maka setelah itu pangeran menyodorkan tangannya untuk sang nenek lihat telapak tangan mereka. Setelah itu nenek itu mengambil beberapa alat, untuk di lempar ke lantai mulutnya komat kamit membaca mantra dan hal itu sukses membuat mereka mengernyit memandang satu sama lain.

"Kalian semua terikat takdir yg sama..." Nenek itu melihat mereka satu persatu

"Takdir?" Jake menaikkan alisnya

"Yaa, benang merah... Atau apapun itu sebutannya. Kalian telah terikat jauh dahulu sekali...Bukan hanya kehidupan ini tapi kalian juga telah terikat di beberapa kehidupan"

"Dengan siapa?" Jay bertanya tidak sabar

Nenek itu diam sejenak, kemudian menggeleng pelan.
"Aku tidak bisa mengatakan lebih jauh..."

"Lalu mimpi itu?" Sunghoon juga bertanya tidak sabar

"Kalian melupakannya", nenek itu menghela nafas pelan

"Dia siapa?, Apa yg sudah kami lupakan nek???" Niki bertanya dengan raut frustasi

"Kalian tahu kenapa kita di lahirkan berkali-kali..?, Semua itu untuk membayar karma", nenek tua itu memperbaiki duduknya
"Di setiap kehidupan kalian selalu saja melakukan kesalahan yg sama..."

L'océan || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang