24 : tentang laut

1.2K 151 81
                                    

Angin bertiup cukup kencang, kali ini arahnya dari barat. Angin membawa serta bau darah yg mustahil salah dikenali. Mayat-mayat, darah, leher yg patah, dada yg meledak sehingga menyembulkan cuilan daging, organ-organ mengilap, dan kepingin tulang tajam ke segala arah... Jay melewati itu semua dengan langkah cepatnya menuju kudanya. Selama satu bulan terakhir dia lebih banyak menghabiskan waktunya di medan perang. Dia memacu cepat kuda itu, hari ini sudah waktunya dia pulang ke istana.

Pintu gerbang istana sudah terlihat, jay menggertakkan gigihnya, ntah sejak kapan rasanya dia benci berada di istana. Ada sesuatu yg tidak bisa dia jelaskan, sesuatu seolah mencekam dan merobek-robek dirinya. Suara debur ombak juga mulai memenuhi pendengarannya, setiap langkah kakinya memasuki istana jay merasa sakit di sekujur tubuhnya, lebih sakit di banding bilah pedang tajam yg menyayat tubuhnya, lebih sakit dari ujung tombak yg menembus dirinya. Dimanakah asal rasa sakit ini?, Rasanya darahnya menggelegak ketika bahkan dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.

"Jay....", Ketika mendengar namanya di panggil jay langsung menoleh. Wajah tegasnya langsung berubah ketika melihat soha berlari ke arahnya. Jay merentangkan tangannya untuk sang putri masuk kedalam pelukannya.

Soha memeluk erat tubuh besar sang pangeran. Meski penciumannya dipenuhi bau anyir darah.
"Aku merindukanmu..."

Jay membalas pelukan itu, mengecup sekali puncak kepala soha. Mendengar soha mengucapkan rindu sesuatu lagi-lagi terasa menancap telak hatinya.
"Aku juga merindukanmu...", Mata elang itu memandang jauh ke arah jendela. Laut biru membentang seluas memandang.

Soha mendongak, tersenyum saat jay juga menunduk memandangnya. Kemudian soha menutup matanya saat jay mulai mengikis jarak di antara mereka mempertemukan bibir mereka. Itu bukan sekedar kecupan, jay melumat dalam bibirnya, merasakan lengan kekar jay memerangkap erat pinggangnya. Dalam ciuman itu soha merasakan kerinduan yg dalam, bukan hanya rindu.. tapi soha juga dapat merasakan kemarahan bercampur keputusasaan.

"Jay... Kamu menangis" ketika ciuman itu usai soha melihat setetes air mata membasahi pipi pangeran.

Jay menghapus kasar air matanya. Kenapa dia menangis. Kemudian jay mengalihkan pandangannya ke arah laut... Jay membenci istana, lebih dari itu dia juga membenci laut.

"Aku pikir mataku kemasukan debu..." Jay tersenyum, tangannya mengelus lembut pipi sang putri.
"Aku harus kembali ke kamar ku untuk mandi, lihat aku sedikit kotor"

Soha mengangguk dan tertawa pelan.
"Aku akan menunggumu di meja makan. Tunggu, dimana sunghoon?, Bukankah kalian pulang bersama?"

Benar, seketika jay ingat bahwa dia tidak pulang sendiri. Bukankah tadi kuda sunghoon tepat di belakangnya.
"Mungkin dia singgah di suatu tempat. Tenanglah, dia juga pasti akan segera menemuimu..."

Soha lagi-lagi hanya mengangguk, merasakan jay mengecup keningnya... Setelah itu melihat punggung pria itu yg berjalan menjauh. Soha juga membalik badannya, saat itulah dari jendela kaca soha tanpa sengaja melihat seluit seseorang yg amat dia kenali. Sunghoon... Pria itu tampak tengah berdiri diam di tepi pantai memandang ke arah laut.

Bukannya langsung memasuki gerbang istana, sunghoon justru memacu kudanya berbelok ka arah laut. Sunghoon juga tidak mengerti kenapa dia berada tepi pantai itu. Angin laut berhembus menerbangkan surai hitam legamnya. Sunghoon hanya berdiri diam disana, mata tajamnya menatap lurus ke depan. Setelah sebulan terakhir yg dia lihat hanya mayat dan genangan darah, pemandangan laut biru itu seolah menangkan hatinya... Rasa tenang yg bergejolak, rasa tenang yg justru membuatnya marah. Rasa tenang yg ingin membuatnya berteriak murka... Ntah pada siapa. Sunghoon mengepalkan tangannya tanpa sadar, siang itu laut itu nampak tenang. Ketenangan yg sunghoon benci, ketenangan yg seolah mendatangkan amukan badai didalam dirinya.

L'océan || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang