44 : highway 1009

851 121 67
                                    

Untuk mereka, sunoo lakukan itu semua. Dengan senang hati sunoo koyak dirinya sendiri bahkan jiwa abadinya, apapun itu agar bisa bersama pangeran. Sekarang sunoo sedang duduk di terumbu karang, ekornya menjuntai ke bawah air laut yg dingin. Angin malam berhembus lembut menerpa tubuh basahnya. Di kejauhan pohon-pohon seolah melambai tertiup angin, suara ombak memecah sunyi malam, bulan purnama bersinar terang di atas sana.

"Ternyata kamu disini...", Suara berat itu dan suara langkah kaki membuat sunoo menoleh. Sunoo tersenyum dan mengangguk melihat pangeran berjalan ke arahnya.

Mereka berenam mendekati sunoo dan ikut naik ke atas terumbu karang. Osidian hitam itu menelisik tanpa kedip wujud sang siren. Waktu seolah membawa mereka kembali ke hari itu, hari dimana mereka pertama kali melihat sunoo. Tapi malam ini, bedanya sunoo tersenyum pada mereka, wajah cantik itu berseri selaras dengan tubuhnya yg nampak bersinar di bawah cahaya rembulan. Iris biru laut itu kini menatap mereka penuh cinta. Waktu berlalu dan mereka menyadari, bahwa mereka pun mencintai sunoo sebanyak itu.

"Kami mencarimu di kamar, ternyata kamu ada disini...", Heeseung berjongkok di dekat sunoo, tangannya terangkat mengelus lembut pipi sunoo

"Aku hanya ingin berenang... Rasanya sudah lama sekali." Sunoo mengatakan itu masih dengan senyum yg melengkuk di bibirnya.

"Kamu merindukan laut?", Niki bertanya seraya mendudukan dirinya di bebatuan

"Hanya sesekali, untuk sebagai pengingat bahwa aku berasal dari laut. Kalian tahu, terlalu lama berada di darat dan menggunakan wujud manusia terkadang membuatku merindukan diriku yg seperti ini", Sunoo menoleh pada pangeran, mereka berenam yg kini juga ikut duduk di bebatuan.

"Kamu bisa berenang di laut kapan saja. Tapi tolong beritahu kami. Tadi lagi-lagi kami nyaris gila karena berpikir kamu pergi", Sunghoon mengambil tangan sunoo dan mengecup punggung tangan dingin sang siren

Sunoo yg mendengar itu tertawa. "Iya. Maafkan aku, Lain kali aku akan mengabari kalian. Tapi ini sudah tengah malam, aku pikir kalian sudah tidur."

"Padahal kamu tahu, kami tidak akan pernah benar-benar bisa tidur sebelum menemuimu", jungwon bersuara

"Sebelum mendapatkan ciuman selamat tidur darimu", jay menambahi lagi

Angin malam yg berhembus menerbangkan surai hitam legam pangeran, wajah tegas itu terlihat sangat tampan di bawah cahaya rembulan. Osidian hitam itu selalu saja membuat sunoo tenggelam, sunoo dapat merasakan dadanya kembali berdebar. Semakin berdebar memikirkan bahwa pangeran sudah jadi miliknya. Prianya.

Melihat pipi sunoo bersemu, mereka memandang sunoo dengan tatapan menggoda. "Sunoo sayang, apa yg kamu pikirkan hmm?"

Sunoo mengigit pelan bibirnya, kemudian menjawab Dengan jujur. "Aku hanya memikirkan...", Sunoo memandang mereka semua. "Bahwa pria tampan ini adalah milikku.
My man. Mine."

Mereka kompak tertawa mendengar hal itu, senang mendengarnya tentu saja. Secara sunoo itu jarang sekali bersikap seperti ini.
Jake menyelipkan rambut sunoo ketelinganya. "Tentu saja kami milikmu. Pangeran tampan ini hanya milik sang siren yg cantik ini."

Sunoo hanya bisa tersenyum malu mendengar hal itu, untuk sesaat mereka hanya saling diam, saling tatap. Meresapi momen jatuh cinta itu lagi. jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan orang sama.

"Sekarang katakan segalanya sunoo", Niki berucap dan menatap tepat di manik biru laut sang siren.

Sunoo mengerjap, "Apa?"

Jay mengelus lembut ekor sunoo. "Kita memang sudah saling mencintai. Tapi kalau di pikir-pikir kamu tidak pernah benar-benar menceritakan tentang dirimu sunoo. sesungguhnya sedalam apapun kami jatuh cinta padamu, ntah kenapa seperti ada misteri yg belum terpecahkan."

L'océan || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang