66 bab khusus (4)

1.8K 28 0
                                    

bab khusus dari Phum

"Jika kamu benar-benar menyukaiku, tinggalkan aku." - Sejak aku lahir, jumlah gadis yang pernah aku rayu mungkin kurang dari tiga karena orang sepertiku kebanyakan dicari secara aktif oleh orang lain. Aku tidak pernah menyangka suatu hari nanti aku harus menggoda seorang pria, apalagi orang yang ingin aku rayu juga adalah pelayanku. Tapi apa yang aku tahu sekarang, aku sangat menyukai Dwarf, aku harus menggodanya sesuai permintaannya.

Para kurcaci sangat berbeda dari orang-orang yang pernah aku pelajari dan kencani. Setiap kali aku meneleponnya, setiap kali aku mengajaknya jalan-jalan atau makan, rasanya seperti aku mengundang teman tanpa harus menyiapkan kata-kata mewah. Aku tidak perlu mencoba menjadi seorang pemimpin, aku tidak perlu menciptakan citra seorang pria terhormat, aku hanya perlu menjadi diri aku sendiri dan oleh karena itu, setiap kali aku bersama Peem aku merasa sangat nyaman.

Menjadi pendek membuat hari normal aku menambah lebih banyak senyuman. Hanya dengan sebatang es krim seharga beberapa baht, dia mentraktirku, belum lagi bersaing denganku untuk memakannya. Tindakan itu sama sekali tidak romantis tetapi membuatku merasa bahwa mulai sekarang, setiap hariku akan menjadi seperti itu hari yang istimewa. Jika aku masih memiliki Dwarf di sisiku.

Peem adalah tipe orang yang melakukan apapun yang dia ingin lakukan, dia menunjukkan dan bereaksi dengan caranya sendiri. Meskipun dia dengan lantang mengumumkan bahwa jika kamu menyukainya, kamu harus menggodanya, tapi dia tidak melakukan apa pun untuk membuatku mencintainya. Dia masih melontarkan lelucon dan makian seperti dulu karena itulah kepribadian asli Peem. Peem selalu menampilkan hal-hal yang paling natural dan ciri-ciri natural itulah yang membuatku berdebar.

Pada hari aku mencium Peem untuk pertama kalinya, perasaan itu masih segar seperti baru kemarin. Ciuman pertama kami, ciuman pertama Peem. Tau kan Dwarf itu lucu sekali hehe, bibirnya yang berwarna pink, orange, orange biasanya hanya digunakan untuk mengutuk orang itu, namun jika disentuh terasa lembut dan lembut seperti menyesap susu. Sungguh lembut, manis dan orisinal, membawa perasaan bahagia yang tak sanggup untuk ditinggalkan.

Aku telah melakukan banyak hal buruk dalam hidup aku, tak perlu dikatakan lagi perkelahian, hal itu melekat pada aku seperti kehidupan sehari-hari. Namun aku tidak pernah menjadi orang yang suka membuat masalah terlebih dahulu, kecuali dengan mereka yang suka memprovokasi, aku tidak segan-segan protes karena hidup aku harus aku putuskan, hidup atau mati, hanya aku yang berhak memutuskan. Hingga suatu hari, sebuah tangan kecil meraih ujung bajuku dan sekaligus menatapku dengan mata bulat besar seolah ingin memohon.

"Hari ini hanya perkelahian, kamu bisa saja merobek mulutmu, tapi suatu saat ceritanya menjadi lebih serius, jika mereka bersatu untuk membalas dendam hingga mempengaruhi hidupmu, begitulah rencanamu untuk menanganinya." pikirkanlah... aku hanya mengkhawatirkanmu."

Saat itu aku tahu untuk siapa aku harus melanjutkan hidup ini. Tak segan-segan aku menyatakan cintaku pada Peem, padahal suasana saat itu tidak terlalu romantis, tidak ada hadiah untuk mengungkapkan perasaanku, yang ada hanya tangannya yang memegang kedua sisi bajunya di atas sepeda tua itu.

"Peem, jadilah kekasihku." - Aku masih ingat jelas betapa malunya aku saat mengucapkan kalimat itu, betapa kencangnya detak jantungku saat menunggu jawabannya. Kaki aku gemetar hebat hingga aku hampir tidak bisa mengayuh sepeda. Untungnya aku tidak bisa melihat wajahku, kalau tidak, Dwarf pasti akan menggodaku.

Dan hanya kata "Um", satu kata pendek yang keluar dari mulut Peem saja sudah cukup membuatku bahagia hingga aku hampir melemparkan mobil ke seberang untuk menariknya kembali untuk dipeluk erat.

Kami sudah menjadi sepasang kekasih.

Aku tahu aku bukan tipe pria romantis, tapi aku juga ingin melakukan sesuatu untuk membuat Dwarf terkesan. Aku membeli sebotol lidah buaya sebagai hadiah untuknya dan dia tertawa begitu keras hingga aku merasa kesal. Tapi saat aku memberitahunya alasan memberikan hadiah ini, dia mengucapkan terima kasih dengan ciuman manis. Yah, itu sepadan, hehe.

We are SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang