Kembali

429 33 2
                                        

Hari sudah pagi. Puguh sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Kantor walaupun hatinya masih belum siap karna kehilangan anak satu-satunya. Begitupun dengan Dewi. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu berusaha tegar melayani suaminya walaupun hatinya masih merasakan sakit. Setelah selesai mengurus berbagai keperluan sang suami, Dewi pun memasak untuk dimakan pagi ini. Setelah selesai memasak, wanita itu memilih untuk merapikan Rumah sambil menunggu suaminya benar-benar siap.

Disaat ia merapikan Rumah, lagi-lagi matanya tertuju pada figuran foto Galang yang terbingkai rapi diatas meja. Matanya menjadi sendu. Galang begitu tampan didalam foto itu. Ia lekas mengambil foto itu. Diusaplah wajah anaknya difoto itu. Menatapnya penuh kerinduan hingga tak sadar ia meneteskan air matanya.

"Galang! Kenapa You ninggalin Mamsky hmm? Mamsky kangen sama You! You anak Mamsky satu-satunya tapi malah ninggalin Mamsky."

Dewi memeluk foto itu sambil menangis. Kerinduannya begitu besar. Puguh yang baru saja datang langsung dibuat sedih karna melihat istrinya. Tentu sebagai ayah, ia juga terluka. Anak satu-satunya yang melengkapi keluarganya kini telah pergi. Ia akhirnya memeluk sang istri yang masih menangis tersedu-sedu. Jika sejak kemarin lelaki itu menahan tangis, kini ia tak bisa membendungnya lagi. Pada akhirnya lelaki paruh baya itu juga menangis menahan sakitnya kehilangan anak. Pertahanan seorang ayah itu telah hancur.

"Papsky, Galang Papsky." Tangis Dewi.

"Iya, Mamsky. Kita kudu sabar. Mungkin ini yang terbaik untuk kita."

Dewi masih menangis tersedu-sedu. Ia tak melepaskan pelukannya pada foto Galang.

Begitu lama mereka menumpahkan kerinduan mereka. Mengingat masa-masa kebersamaan mereka dengan anaknya. Walaupun terkadang Galang bandel, tetap saja namanya orang tua akan menerima segala kekurangan anaknya. Justru kenakalan anaknya lah yang kini mereka rindukan.

Hingga akhirnya mereka puas menangis, Dewi menyeka air matanya.

"Papsky. Makan dulu, yuk! Tadi Mamsky udah masak semur jengkol kesukaan Papsky sama Galang." Ajak Dewi pada sang suami.

Puguh mengangguk. Ia dan istrinya itu lekas duduk di kursi meja makan mereka. Keduanya pun makan bersama-sama memakan masakan Dewi tadi. Makan dengan suasana hening karna yang biasa meramaikan adalah anak mereka. Semua terasa hampa sekarang.

Kemudian akhirnya waktu untuk Puguh yang harus berangkat kerja tiba, lelaki itu segera bangkit dari duduk dan segera berpamitan pada sang istri.

"Udah jam segini. Papsky berangkat dulu, ya!" Ucap Puguh sambil melirik jam tangannya. Tentunya makanan dipiringnya pun sudah kosong.

"Hati-hati ya! Papsky!"

Mata wanita itu begitu sembab. Walaupun begitu, ia tetap harus terlihat baik-baik saja.

"Yaudah, Papsky berangkat! Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

Puguh bergegas keluar dari Rumah. Sesekali ia mengecek barang bawaannya guna memastikan agar tak ada yang tertinggal. Begitu sampai dipintu...

Ceklek

Deg

Lelaki itu diam mematung. Apakah ini nyata? Seseorang yang ia tangisi tadi kini ada dihadapannya dengan kondisi yang mengenaskan. Dengan segera Puguh menghampiri dan mengecek guna mencari titik kehidupan anaknya itu. Rasanya ia ingin sujud syukur ketika ia masih menemukan tanda-tanda kehidupan Galang. Puguh menepuk-nepuk pipi anaknya guna menyadarkannya.

"Galang! Galang bangun! Ini Papsky!" Wajah anaknya itu begitu pucat membuat sang ayah semakin khawatir.

"Mamsky! Mamsky!" Puguh berteriak.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang