.
「Rupanya Kau Disini」
»-R-O-M-H-S-«
.
"Kenapa!"
Sebuah suara yang dipenuhi dengan kemarahan terdengar.
Tidak, mungkin itu kesedihan atau kebencian.
"Kenapa! Kenapa kau tidak membiarkanku pergi, kenapa!"
Bahkan pada teriakan itu, pria paruh baya yang menatap bulan di kejauhan diam-diam menoleh.
Berat dalam tatapannya menekan seluruh tubuhnya, tapi Chung Myung tidak mundur. Mata yang tenang seperti danau dan mata seperti gunung berapi yang menyala-nyala bertabrakan dengan keras tanpa kompromi sedikit pun.
"Apa kau bertanya karena kau tidak tahu?"
"Jangmun Sahyung!"
"Jika kau pergi dari sini, kita tidak bisa menjamin kemenangan kita. Tidak, itu akan menjadi kekalahan yang pasti."
Grekkk.
Chung Myung mengertakkan gigi mendengar kata-kata Cheon Mun.
"T-Tapi... dia hilang..."
"......."
"Apa kau tidak tahu apa artinya?? Chung Jin! Bocah sialan itu hilang, di Seribu Gunung Agung!"
"Aku tahu."
"Cheon Mun Sahyung!"
Cheon Mun perlahan menutup matanya.
Ekspresinya tenang, tetapi kelopak matanya yang sedikit bergetar menunjukkan bahwa perasaannya saat ini tidak dapat dilukiskan.
"Kita bukan.... Kita bukan satu-satunya yang kehilangan seseorang."
"......."
"Semua orang pernah kehilangan. Tapi bagaimana mungkin hanya kita yang tantrum?"
"Tantrum?"
*Tl: Tantrum bahasa infonya apa woeiiyy
Wajah Chung Myung terdistorsi,
"Apa aku tantrum karena mencoba mencari Sajae-ku?"
"Chung Myung-ah...."
"Aku tidak tahu apa tujuan besar-mu, tapi apa kau menyuruhku membiarkan Saje-ku mati untuk benda sialan itu! Dia mungkin masih hidup!"
Dengan amarah meluap dari suara Chung Myung, bahkan Cheon Mun terdiam sejenak seolah-olah dia tidak bisa berkata apa-apa.
"Apa itu! Sial! Apa-apaan itu!"
Suara penuh penyesalan keluar dari mulut Cheon Mun, yang melihat wajah Chung Myung yang sepertinya akan meledak.
"...Hal itu akan memicu akibat yang lebih besar..."
Segera setelah itu, Cheon Mun tersenyum tipis. senyum yang begitu tipis hingga terlihat seperti tawa hampa, atau mungkin seringai. Tapi tidak peduli yang mana, senyuman itu sangat menyedihkan sehingga orang tidak tahan melihatnya.
"Apa menurutmu masih ada hal seperti itu yang tersisa? Dalam diriku?"
"......."
"Pada awalnya, mungkin ada hal seperti itu. Tapi sekarang semuanya sudah usang sehingga hanya ada satu hal yang tersisa. Kau tahu apa itu?"