.
「Rupanya Kau Disini」
»–R–O–M–H–S–«
.
– Jika aku dikelilingi oleh musuh, tolong selamatkan aku. Jika itu sulit, setidaknya seret mayatku ke Hwasan.
– Bahkan jika itu tidak memungkinkan, setidaknya panduan rahasia ini harus kembali ke Hwasan.
– Jangan lupa, Sahyung.
– Tidak ada orang lain selain Sahyung yang bisa melakukannya. Jangan pernah! Jangan pernah lupa!
“Ah….. Aah…”
Ujung jari yang gemetar mendekati kerangka itu. Namun, ujung jari yang sepertinya bersentuhan segera berhenti seolah ketakutan.
Dia takut.
Takut itu akan hancur begitu dia menyentuhnya.
Dia takut itu akan hilang seolah-olah itu adalah ilusi.
“….Jin-ah.”
Kau di sini.
Rupanya kau di sini.
Sajae-ku, betapa kesepiannya dirimu di tempat yang gelap ini.
‘Betapa kesepian….’
“Hiks…”
Sambil mengeluarkan suara tertahan seolah-olah dia kehilangan kata-kata, Chung Myung menyentuh dahi kerangka itu dengan ujung jarinya yang bergetar. Begitu dia merasakan sensasi kasar dan dingin, dia terkejut dan menarik kembali tangannya. Tapi segera setelah itu, dia dengan lembut membelai kerangka itu lagi seolah menyentuh bayi yang baru lahir.
“Ah… Aaah… Aah…”
‘Aku… aku datang terlambat.’
‘Sudah berapa lama kau menungguku? Di tempat dingin ini, sudah berapa lama kau menunggu?’
‘Maafkan aku.’
‘Maafkan aku, Chung Jin-ah.’
‘Maafkan Sahyung yang tidak layak ini karena baru menemukanmu sekarang.’
Tangan yang membelai pipi kerangka itu seolah menyentuh orang hidup.
Kenapa manusia baru sadar setelah kehilangan? Bagaimana dia bisa begitu bodoh?
Rahang Chung Myung bergetar. Menurunkan pandangannya, dia melihat pakaian yang setengah hancur. Tulang-tulang yang terlihat di dalamnya memiliki noda hitam di beberapa tempat.
‘Bunga Iblis…’
Pada tingkat keparahan seperti itu, pasti sangat sulit bahkan untuk berjalan di saat-saat terakhirnya.
Dia pasti mengerahkan segalanya untuk berjalan ke sini, dan bahkan ketika dia tidak bisa lagi berjalan dan tak sadarkan diri, dia pasti berguling dan merangkak mati-matian ke sini.
Dia tidak takut mati. Tidak masalah baginya bahkan jika dia mati.
Ada satu hal yang harus dia tinggalkan.
Tempat di mana tidak ada seorang pun di dunia dapat menemukannya. Tempat yang hanya bisa ditemukan oleh murid Hwasan.
Di situlah itu harus ditinggalkan, apa pun yang terjadi.
Mempersingkat sisa hidupnya yang seperti memotong benang, menggali gua, dan mati sambil memikirkan mereka yang suatu hari nanti akan menemukan tempat ini.