.
「Sasuk! Aku terus mendengar suara-suara!」
»-R-O-M-H-S-«
.
Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, itu adalah perahu kecil yang didayung dengan kedua tangan tanpa satu layar pun.
Tapi apa kita bisa menyebut itu perahu ketika benda itu melintasi permukaan air seperti burung layang-layang, menciptakan percikan yang membentang lebih dari sepuluh kaki?
Kwa, kwa, kwa, kwa, kwa, kwa, kwa!
Melihat momentumnya saja, sepertinya bisa membelah Sungai Yangzte. Juga, bagaimana perahu kayu sekecil itu bisa tetap utuh dengan kecepatan itu.
Melihat pemandangan yang menakjubkan itu, emosi aneh mulai tumbuh di wajah murid-murid Hwasan.
"...Apa aku salah lihat?"
"Kenapa dia ada di sini?"
"Chu-Chung Myung...."
Suara Yoon Jong sedikit bergetar karena terkejut. Tapi kemudian.
"Ah, sial! Ini melelahkan sekali! Hei, jika kalian ke Sungai Yangtze, harusnya kalian bertarung di atas air! Kenapa kalian turun ke daratan di sana? Lihat saja aku akan mendorong kalian semua ke dalam air!"
Yoon Jong, yang sempat membuka mulutnya sebentar, menutupnya lagi. Dan senyuman gembira tersungging di wajahnya.
"Itu Chung Myung."
"Sudah pasti, jika melihat sifat buruknya."
"......Bagaimana dia bisa tahu kita ada di sini?"
"Amitabha.... Sepertinya kita benar-benar berada di neraka."
Bukan hanya murid-murid Hwasan saja yang merasa bingung. Para perompak juga tidak bisa menyembunyikan rasa bingungnya. Hal ini disebabkan karena mereka belum pernah melihat pemandangan aneh seperti itu, padahal mereka telah menghabiskan seluruh hidup mereka di Sungai Yangtze.
"A-Apa itu...."
Saat itu, Jo Seung meraung keras.
"Apa yang kalian lihat! Lemparkan lembing! Tenggelamkan dia!"
"Baik!"
Beberapa perompak yang mendengar perintah Jo Seung bergegas masuk dan mengeluarkan beberapa gerobak besar. Kemudian mereka memutar tombak besar yang dimuat ke gerobak dan mengarahkannya ke perahu.
"Tembakk!"
Kwaaang!
Sebuah tombak besar membelah udara dan terbang menuju perahu yang ditumpangi Chung Myung.
"Hah?"
Duarrrrr!
Tombak itu benar-benar menghancurkan perahu. Percikan besar muncul di permukaan.
"Kita mengenainya!"
"Bagus sekali, bajingan!"
Para perompak bersorak keras, tapi tidak ada sedikit pun kekhawatiran atau kecemas di wajah murid-murid Hwasan yang melihat pemandangan itu.
Mereka hanya melihat percikan air yang meninggi dengan wajah kosong.
"Jika itu bisa membunuhnya, kami tidak akan terlalu menderita."
"...kau bisa mengatakan itu lagi."
Seperti yang diharapkan.
Swussshh!