.
「Hei, dengar jika ada orang bicara!」
»-R-O-M-H-S-«
.
"A-Apa?"
"Bagaimana ini bisa terjadi...!"
Dengan mengenakan jubah hijau, mereka mulai menuruni tebing menggunakan puluhan tali.
Jelas sekali bahwa mereka tidak melakukan ini satu atau dua kalii.
"Itu, pakaian itu?"
"Nokrim! Itu Nokrim!"
"72 Benteng Nokrim?"
Para perompak terkejut dengan mulut ternganga. Itu bisa dimengerti.
Mereka bandit.
18 Benteng Air Sungai Yangtze dan 72 Benteng Nokrim biasanya disebut satu golongan sebagai bandit. Namun, hampir tidak ada kemungkinan untuk 18 Benteng Air Sungai Yangtze, yang aktif di sungai, dan 72 Benteng Nokrim, yang aktif di pegunungan untuk bertemu.
Mereka sadar akan keberadaan satu sama lain, namun tidak ada alasan untuk bermusuhan, dan tidak ada alasan untuk bersahabat juga.
Tapi kenapa Nokrim tiba-tiba muncul disini?
"Hahahaha, kutu air ini!"
"Mereka berani menginjak daratan! Ayo kita potong mereka semua sampai mati!"
Para bandit, yang dengan sigap menuruni tebing, mulai mengusir para perompak dengan tawa hangat mereka.
"Ja-Jangan panik! Kita hanya perlu membunuh mereka yang turun satu per satu!"
"Sedang apa kau?! Tembak busurnya, busurnya!"
Para pemanah buru-buru menyiapkan anak panah mereka. Mereka yang menuruni tebing dalam barisan pasti tidak berdaya melawan anak panah. Menyerang pada saat ini jelas menguntungkan!
sayangnya, yang harus mereka hadapi adalah Im Sobyong, bukan sembarang bandit Nokrim.
"Oh, panah? Kami juga punya."
Kata Im Sobyong sambil menunjuk ke bawah bersama kipasnya.
"Tunjukan apa itu hujan pada mereka!"
"Ya!"
Unit pemanah yang bersiaga di belakangnya menunjukkan diri dan mulai menembakkan anak panah yang telah mereka muat.
Shoooot! Shuut!
Aliran anak panah yang tiada henti.
Para pemanah menembakkan anak panah dengan sangat cepat sehingga mereka tidak bisa melihat keluarnya tali busur. Hujan anak panah berwarna hitam tampak seperti hujan hitam.
"Aaargh!"
"M-Mereka menembakkan panah!"
"Apa yang kau lakukan! Brengsek! Balas!"
Para perompak di bawah juga berusaha keras untuk menembakkan anak panah, tetapi anak panah yang ditembakkan dari bawah tidak dapat menandingi kekuatan tembakan dari atas.
Tidak peduli seberapa kuatnya, pada mencapai tebing, anak panah tersebut kehabisan momentum.
"Ck, ck. Payah sekali."
Im Sobyong mencibir.
"Terus tembakan anak panahnya sampai habis. Perompak bajingan ini harus membayar karena berani keluar dari air."