.
「Ini Bisa Saja Menjadi Semakin Baik!」
»–R–O–M–H–S–«
.
Hari ke-2.
“…Sasuk, aku tahu tidak sopan mengatakan ini, tapi…….”
“Apa?”
“…Bukankah punggung mereka akan patah kalau terus seperti ini?”
Mendengar kata itu, Baek Chun menatap Hyun Jong dan para tetua yang turun dari gunung dengan wajah sekarat. Matanya penuh rasa kasihan.
Dia tidak memiliki pilihan selain melakukannya. Wajah ketiga orang yang sekarat itu sangat kontras dengan wajah berkilau Chung Myung yang ada dibelakang mereka.
“……Apa dia menggunakan semacam teknik penyerapan energi?”
“Sepertinya mereka terlihat lebih buruk dari kemarin…… Bukankah kita harus menghentikannya?”
“…Menghentikan dia? Bagaimana caranya?”
Mendengar suara samar Baek Chun, Yoon Jong menutup matanya rapat-rapat.
Jika Chung Myung menyebabkan masalah tentu saja itu mengerikan, namun setidaknya itu berakhir saat dia berhenti.
Tapi ketiga orang itu berbeda. Walaupun kuat, Chung Myung adalah seseorang yang bisa mereka hentikan, tapi ketiga orang itu berada di luar jangkauan mereka.
Menghentikan Pemimpin Sekte dan para tetua?
Siapa yang berani? Lima Pedang?
‘Kau pasti bercanda.’
Bukankah lebih baik menghentikan orang-orang terkutuk dari Sekte Jongnam? Bagaimana busa para murid menghentikan Pemimpin Sekte dan Tetua sekte mereka?
“… Mari kita tunggu sebentar lagi.”
“Tapi jika ini terus berlanjut, itu akan menyebabkan masalah yang nyata.”
“Aku tahu… aku juga tahu.”
Baek Chun menghela napas berat.
“Jika Pemimpin Sekte dan para Tetua bertekad melakukan itu, kita tidak bisa menghentikan mereka begitu saja, bukan?”
“……Tidakkah menurutmu mereka mungkin sudah berubah pikiran sekarang?”
Baek Chun, setelah melihat wajah tak bernyawa dari ketiganya, perlahan menggelengkan kepalanya.
“Mari kita tunggu beberapa hari lagi.”
“……Ya.”
Tentu saja, matanya masih dipenuhi kekhawatiran.
“Kuharap semuanya baik-baik saja.”
Melihat wajah sombong Chung Myung dibelakang mereka, kecemasannya sepertinya bertambah.
.
¦ • ° • ° • ° • 🌸 • ° • ° • ° • ¦
.
Hari ke-4.
“Pe-Pemimpin Sekte! Apa anda baik-baik saja?”
Hyun Jong menunduk dengan wajah kosong. Sumpit yang dia pegang beberapa saat yang lalu berserakan di atas meja. Tangan yang memegang sumpit bergetar tak berdaya.