.
「Murid Ini Baik-Baik Saja」
»–R–O–M–H–S–«
.
“Uh….”
Murid kelas tiga yang berkumpul di Asrama Plum Putih saling tatap dengan mata kosong.
“…Aku tidak bisa makan.”
“Sakit perut-ku benar-benar parah.”
“Aku belum bisa tidur dengan baik selama tiga hari karena mimpi buruk….”
Mereka menghela nafas serempak setelah mengamati keadaan menyedihkan satu sama lain.
“Kenapa… Kenapa dia melakukan itu?”
“Apa menurutmu dia sudah gila?”
“Yah, dia selalu gila, kan?”
“Itu benar, tapi….”
Tidak, sebenarnya, masalahnya bukan karena dia menjadi gila, melainkan karena dia belum menggila. Ini masalah karena dia tidak gila, namun dia bertingkah seperti orang gila.
“Jadi, apa orang gila itu… Maksudku, apa yang dilakukan orang waras itu sekarang?”
“Menyapu Aula Giok Musim Semi.”
“Aula Giok Musim Semi?”
“Ya, maksud aku… Dia mengatakan bahwa fondasi setiap sekte adalah kuil leluhur dan sekte yang tidak merawat kuil leluhur dengan benar adalah sekte yang tidak menghormati leluhurnya dengan baik. Dia bilang dia akan membersihkannya lagi….”
Yang Ho menutupi wajahnya dengan kesedihan.
“Tidak, kenapa dia tiba tiba selalu mengatakan hal yang benar…. kenapa!”
Bahunya terkulai lemah lagi setelah beberapa saat siksaan singkat. Kesaksian mengalir lagi di sebelahnya.
“Itu membuatku merinding. Aku telah mengawasinya bersih bersih, dan dia selalu menggumamkan Pemimpin Sekte Sahyung (Jangmun Sahyung) berulang kali.…”
“Pemimpin Sekte Sahyung? Maksudmu Baek Chun Sahyung?”
“Mana aku tahu isi pikirannya? Kelihatannya dia benar-benar kehilangan akal sehatnya.”
“Ini membuatku gila. Sungguh….”
Hanya membayangkan Chung Myung secara obsesif membersihkan dan menyapu kuil leluhur dan menggumamkan kata-kata yang tidak dapat dipahami membuat mereka bergidik.
Saat itu, Gwak Hee yang mengintip ke sekeliling dengan hati-hati membuka mulutnya.
“Tapi Sahyung, Saje.”
“Apa?”
“Kalau memikirkan dengan tenang, ini tidak seburuk itu. Mungkin terlihat aneh dan sulit diterima, tapi kalau dipikir-pikir, bukankah Chung Myung menjadi lebih baik?”
“…Itulah masalahnya.”
“Tidak, itu memang masalah, tapi….”
Ucap Gwak Hee dengan tegas.
“Bukankah lebih baik jika kita beradaptasi saja? Kau lebih suka mana Chung Myung yang baik hati, atau Chung Myung yang gila?”
“Pertanyaan macam apa itu, dasar bodoh!”
Yang Ho berteriak keras seolah dia tidak perlu berpikir.
“Yang gila lebih baik!”
“Hah?”