52

1K 77 14
                                    

Saat sampai dikamar rawat Jeongwoo, Haruto dapat melihat jika Jeongwoo tengah duduk diranjangnya sembari menatap keluar jendela dengan salah satu tangannya diikat ke ranjang.

"Yah, tolong bawa aku ke dekat Jeo."

Tanpa mengatakan apapun Jaehyuk langsung mendorong kursi roda milik Haruto itu mendekat ke arah Jeongwoo. Lalu setelahnya dia mengajak Asahi sang istri untuk meninggalkan Haruto berdua dengan Jeongwoo.

Setelah dia hanya tinggal berdua dengan Jeongwoo, Haruto menggerakkan kursi rodanya untuk berada tepat dihadapan Jeongwoo.

"Sayang.. Kamu kenapa?." Tanya Haruto menatap Jeongwoo sendu sembari memegang tangan Jeongwoo.

Jeongwoo yang mendengar suara Haruto itupun mengalihkan pandangannya ke arah suara dan tak lama dia langsung menangis.

"Hei.. Kenapa kamu malah nangis baby?."

Haruto yang khawatir itu pun melepaskan tangan Jeongwoo dan memaksakan dirinya untuk berdiri dari kursi rodanya. Setelah itu dia duduk disebelah Jeongwoo dan menuntun Jeongwoo ke pelukannya.

"Udah jangan nangis lagi, ya?. Aku disini buat kamu."

"Ayah, ayah meninggal karena aku. Harusnya ayah gak usah nyelamatin aku."

Awalnya Haruto kaget ketika mendengar ucapan Jeongwoo, namun saat dia sadar dengan apa yang dimaksud Jeongwoo, dia langsung mengelus lembut punggung Jeongwoo.

'Kenapa Jeo bisa tiba-tiba ingat traumanya gini?. Pasti ada yang gak beres.' Batin Haruto terus menenangkan Jeongwoo.

"Jeo, kamu liat aku." Memegang kepala Jeongwoo.

"Aku tau semua yang pernah terjadi sama kamu, tapi kamu harus selalu ingat kalau ayah kamu meninggal bukan gara-gara kamu."

"Tapi ayah meninggal karena nyelamatin aku. Aku udah bunuh ayah."

"Kalau kamu selalu nganggap kayak gitu, ayah kamu pasti sedih. Karena ayah kamu pasti juga tau resikonya, tapi demi anaknya bisa selamat dia rela nyerahin nyawanya. Jadi kamu jangan berpikir kamu yang bunuh ayah kamu."

"Dengan ayah kamu nyelamatin kamu, berarti kamu itu lebih penting bahkan dari nyawanya sendiri. Jadi kamu coba ikhlasin ya sayang?. Kalau kamu kayak gini ayah kamu juga pasti sedih."

Jeongwoo tidak mengatakan apapun dan kembali menangis.

"Aku gak suka liat kamu sedih kayak gini. Mana Jeo yang aku kenal dulu?. Jeo yang suka berdebat sama aku dan selalu marah sama aku. Kamu harus lawan trauma kamu ya?. Aku tau itu gak gampang, tapi kamu selalu ada aku yang bakalan support kamu disini."

Jeongwoo pun melepas pelukannya pada Haruto dan menghapus airmatanya.

"Udah ya sayang. Liat mata dan hidung kamu udah merah banget karena kebanyakan nangis. Ingusnya juga udah banyak tuh." Senyum Haruto menghapus airmata Jeongwoo.

"Ih kakak apain sih, jangan bawa-bawa ingus aku." Cemberut Jeongwoo memukul pelan Haruto.

Haruto hanya tertawa melihat wajah Jeongwoo yang menurutnya lucu dan menggemaskan itu.

"Oh iya, kakak gimana keadaannya?." Menatap Haruto yang masih pucat.

"Aku udah gapapa kok. Buktinya aku udah bisa nemenin kamu disini kan?."

"Maaf ya aku harusnya nemenin kakak tapi kakak yang malah nemenin aku."

"Gapapa. Yang penting kamu jangan tantrum lagi ya?. Biar kamu gak perlu dirawat lagi."

"Emang aku anak kecil bakalan tantrum. Mm boleh gak tangan aku gak usah diikat lagi?."

"Nanti tanyain dokternya dulu ya?."

My Lover Stepbrother 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang