❤️
Suara penyiar radio mengisi keheningan malam di kediaman Marie. Bersama kedua orangtuanya, janda muda itu menikmati makan malam dengan menu seperti biasanya. Sederhana dan tidak terlalu berat.
Sang ayah memperhatikan gerakan lambat tangan anaknya mengambil suapan sup, hingga wajahnya yang nampak tak berseri, cekung matanya lebih terlihat menonjol, serta warna kehitaman di area bawah mata.
"Marie,"
"Iya, papah,"
"Akhir-akhir ini kamu terlihat tidak baik-baik saja,"
"Sudah lebih tiga pekan dia kurang makan. Sudah beberapa kali mamah kasih jamu. Tapi masih saja," timpal ibu Marie.
Mata Marie hanya menunduk, bibir tersenyum kecil.
"Sedang diet,"Ayahnya keheranan. "Diet?"
"Iya, pah.."
"Tapi kamu sampai tidak sehat begitu, Marie.."
"Diet nya yang sehat, sayang," ujar sang ibu.
"Dengar kata mamah mu ya! Tetap harus sehat! Papah pikir kamu sakit,"
"Iya, pah.. mah.. Maaf. Aku sembarangan diet."
Marie hanya lebih banyak membatin. Dan terpikir sebegitu pandai dirinya menyembunyikan rahasia.
Begitu sunyi senyap seiring malam semakin larut. Lagi-lagi, melarutkan Marie dalam duka. Lagi dan lagi. Terpikirkan hubungannya dengan sang kekasih yang telah resmi menjadi istri orang lain. Padahal dia pikir jika setelah menghadiri pernikahan Anita rasa cintanya akan segera turut melebur bersama rasa sakit. Ternyata... Sekarang dia kembali pada titik terendah hidupnya semasa kehilangan mendiang suami dan anaknya dulu. Apakah sekarang dia akan menjadi gila?
Tuhan pun hampir akan dia salahkan.Berbaring miring di kasur, menatap bantal disampingnya yang pernah digunakan Anita. Air mata berderai hingga membasahi bantal.
Dua pekan sudah berlalu pernikahan Anita dan Sandi. Seakan dunia Marie telah ikut berakhir juga. Terkadang, putus asa menggerogoti dirinya amat kuat, sampai memunculkan amarah pada Tuhan, dan pikiran tak sanggup melanjutkan hidup. Menahan, menyimpan semuanya sendirian. Ingin sekali dia membenci Anita, lalu dapat menghilangkan rasa cinta kasih nya pada gadis itu. Tetapi, dia juga sangat berharap, kesabarannya akan berbuah manis, dapat mengikhlaskan Anita dan cintanya, dan berhenti menyakiti diri sendiri.Wajahnya beralih menghadap langit-langit kamar. Sejenak mata terpejam.
Saya percaya bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi orang yang percaya.
Jamahlah hati dan pikiran saya, serta jauhkanlah saya dari segala kekuatiran yang saya rasakan.
Kuatkanlah hati dan iman saya untuk menikmati segala proses kehidupan yang Tuhan izinkan untuk saya jalani.
Di dalam nama Yesus Kristus saya berdoa. Amin.
Di salahsatu hunian berlantai dua perumahan, Anita duduk nangkring di balkon kamar, sembari menikmati isapan rokok. Tak peduli akan angin & hawa yang semakin dingin menusuk. Sesekali, dia seka air mata yang selalu berderai dalam diam. Baik sadar atau tidak.Mendengar suara deru mobil mendekat ke rumahnya, dia bangkit, segera mematikan rokok di pot tanaman. Iya, ini rumah barunya yang telah ditempati bersama Sandi sepekan yang lalu, sebagai pasangan suami-istri.
Mobil telah terparkir di garasi rumah minimalis standar nya. Sandi membuka pintu rumah, dan menemukan Anita telah turun dari anak tangga, menyambutnya pulang kerja.
Seperti biasa, senyuman kecil terulas dari bibir Anita. Yang sekarang membantu membawakan tas kerja nya, dan bertanya, "Mau aku siapkan sekarang makannya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/376289634-288-k291212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...