25 Scandal sebelum final

224 16 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Henry, sambil membawa bendera Indonesia, berlari menuju tribun tempat keluarganya berada. Bundanya dengan sigap langsung memeluk putranya itu dan mengecup seluruh wajahnya penuh kasih sayang. Rangga terus memotret momen itu, mengabadikan kebahagiaan yang terpancar. Di sana, Henry juga mendapatkan pelukan hangat dari ayahnya, om, dan tantenya.

Saat melihat Azka berada di sana, Henry langsung memeluk sahabat kakak kembarnya itu sambil berbisik pelan, "Makasih ya, Ka, sudah datang."

Azka membalas pelukan itu dengan anggukan kecil. Entah kenapa, tiba-tiba air matanya menetes. Ia merasa sangat terharu sekaligus bangga bisa berada di momen ini.

Di sisi lain, Hani hanya tersenyum tipis. Tentu saja Henry tidak mungkin memeluknya. Jika itu terjadi, bisa-bisa dia kena omel Erikc. Bagaimanapun, Erikc selalu berkata dengan nada tegas, "Kita nggak pacaran, tapi Hani itu milik gue."

Henry kemudian melirik ke arah Rangga yang sedang memegang kamera mirrorless miliknya.

"Bang, foto kita dong!" seru Henry.

Ia langsung menarik Erikc agar lebih dekat dengannya. Erikc tampak sedikit terkejut, namun tetap mengikuti arahan adiknya dan berpose dengan gaya simbol peace.

Setelah berfoto berdua, Henry mengajak Azka dan Hani untuk ikut bergabung. Mereka semua berdiri berdampingan, membentuk sebuah momen yang begitu hangat.

Rangga pun mulai mengangkat kameranya, bersiap menangkap momen itu. "Oke, hitungan ya... Satu, dua, tiga!"

Klik! Suara jepretan kamera menjadi saksi kehangatan di antara mereka.

****

Setelah pertandingan dan perayaan sederhana, Henry bersama para pemain timnas lainnya kembali ke asrama. Mereka harus segera beristirahat untuk mempersiapkan diri menghadapi final yang semakin dekat.

Henry duduk di tepi ranjang sambil memeriksa ponselnya. Ia juga mengecek kamera pengawas yang terpasang di rumahnya. Namun, ada sesuatu yang aneh—kamera pengawas itu tiba-tiba terputus.

Henry menghela napas kesal. Hampir saja ia membanting ponselnya. Dengan cepat, ia menelepon Bik Sum, asisten rumah tangganya. Namun, panggilannya tidak diangkat. Rasa gelisah mulai menguasainya. Ia terus-menerus menggigit kuku jempolnya, Henry hawatir kamarnya akan berantakan.

“Bik!” Henry hampir berteriak ketika akhirnya teleponnya diangkat.

“Bibik ke mana aja, sih? Kok lama banget diangkatnya?” gerutu Henry, nada suaranya masih penuh kekesalan.

“Bibik baru selesai nyetrika. Ada apa, Dek?” jawab Bik Sum dengan nada tenang.

“Bik, kamera yang dipasang di kamar Henry kok tiba-tiba terputus. Tolong cek, dong!”

The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang