Sebagian orang percaya bahwa menjadi anak tengah berarti sering terlupakan. Bagi Erick, itu bukan sekadar mitos. Dia merasa terabaikan-ayahnya terlalu sibuk dengan kakaknya, sementara ibunya lebih fokus pada adiknya. Di tengah kesepiannya, Erick ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Erikc itu seperti guci antik di sudut lemari koleksi bundanya yang berada di bagian paling belakang, ada, tapi tak terlihat dan terabaikan. Berdebu,tak tersentuh, dan jarang di bersihkan .
****
Hari ini,tepat di ulang tahunnya yang ke 17, rasa itu kembali menyergapnya. Barusan saja Henry,adik kembarnya,mngirim psan: keluarganya akan merayakan ulang tahun mereka berdua di restoran baberque malam ini.
Erikc menghela napas berat. Dia tidak suka dengan restoran itu, bukan karena makanannya yang buruk. Tapi karena semua menunya berbasis daging. Erikc tidak menyukai daging serat seratnya kerap tersangkut di giginya,membuatnya repot disetiap kali makan.Namun protesannya selama ini tak pernah di hiraukan.Keluarganya tetap memilih restoran itu,seolah perasaannya tidak penting. Jadi, kali ini Erik memutuskan untuk diam dan menuruti mereka. Toh, protesnya hanya akan membuatnya sakit hati.
Kenangan pahit dari masa kecil nya terlintas di benak Erik. Ia teriangat perjalanan keluarga saat usianya baru enam tahun. Malam itu ayah mengajak mereka berlibur Henry duduk nyaman di samping Bunda,Rangga kakak sulung mereka duduk di kursi depan samping ayah yang sedang mengemudi, sementara Erik seperti biasa. Duduk sendirian di kursi belakang.
Malam itu begitu sunyi hanya suara gemiricik hujan yang tersisa menetes pelan di kaca jendela mobil. Jalanan nampak licin sisa hujan lebat yang baru saja reda. Embun tipis menyelimuti kaca jendela mematulkan lampu jalan yang remang.Di kursi paling belakang, Erik duduk seorang diri. Jari telunjuknya sibuk membuat pola abstrak di kaca yang berembun,mencoba mengusir rasa bosan. Perjalannanya terasa panjang ,dan mata kecilnya sulit terpejam, tidak seperti Rangga dan Henry yang mudah tertidur di perjalanan.
Di tengah keheningan,tiba tiba mobil terguncang. gerakannya mendadak liar.Ayah, yang berada di balik kemudi, mencengkram erat erat setir, berusaha mengendalikan laju kendaraan.Wajahnya tegang napas nya memburu. Roda mobil seperti kehilangan grip,tergelincir diatas jalanan yang basah. Mobil mulai oleng. Tubuhnya memutar liar tampa kendali.
Bunda berteriak histeris, tangannya mendekap erat tubuh kecil Henry. Melindunginya seoalah melindungi nyawanya sendiri. Suara Gesekan ban mengcengkram aspal seperti teriakan kesakitan.Erik membeku di tempatnya,matanya melebar. Dalam pandangannya yang berputar dunia terasa berguling. Mobil meluncur liar kearah pembatas jalan.
Ayah....!!!!" Suara jeritan bunda bercampur dengan suara pecahan kaca dan logam yang melengkung . Semua terasa begitu lambat seolah waktu membeku. Mobil berguling, menghantam aspal dengan keras.Tubuh Erik terpental kedepan, hanya terhenti oleh sabuk pengaman yang mengcengkram erat. Dadanya menghantam kursi di depannya. Rasa sakit seperti menghantam seluruh tubuhnya.
Napas Erik tercekat. Dadanya terasa sesak ,udara seperti hilang dari paru parunya pandangannya mulai kabur, dan suara di sekitarnya mulai memudar, dalam hati kecilnya ia bergumam"apakah aku akan mati ?"