Buah yang elok sosoknya dari luar, belum tentu molek isinya di dalam. Selalu juga aku jumpa buah yang agak buruk kulitnya, namum isinya jauh lebih elok dari yang berkulit licin cantik.
Salahkah aku berharap buah yang berkulit licin itu memberi isi yang setimpal dengan luarannya? Bukanlah aku membenci si kulit buruk, namun yang selalu dijual orang semestinya yang si kulit licin. Bila membeli, semestinya aku ada sangkaan sendiri. Mahu puas hati.
Si kulit buruk jarang-jarang aku jumpa. Apakah terlalu laku hingga dibeli orang sebelum aku sempat beli? Atau nak jual pun orang selalu tak sudi? Lantas pembeli seperti aku tak ketemu dengannya?
YOU ARE READING
Debu yang Terconteng
PoetryHanya kata-kata usang yang bila-bila masa boleh ditiup terbang lantas hilang. Barangkali bisa menebal namun mana mungkin kekal, satu masa debu ini akan tertanggal. Debu-debu yang tak dipeduli, meski terlihat kotor namun masih suci; berbanding hatiku...