Pertanyaan kau dulu seperti sebuntil beras yang dihiris di bahagian bucu bawahnya. Sedikit butiran yang keluar pada mulanya, namun pantas semuanya habis mencurah tak dapat dibendung. Kemudian kau melemparkan buntil yang kosong setelah isinya kau korek. Mengapa beras kau keluarkan tanpa ingin memasak nasinya? Terbazir. Dan aku tak ingin lagi menghampir.
Maka aku akan melangkah pergi. Menjahit buntil yang terobek dan mengumpul kembali beras sehingga penuh untuk simpanan kepada yang selayaknya.
YOU ARE READING
Debu yang Terconteng
PuisiHanya kata-kata usang yang bila-bila masa boleh ditiup terbang lantas hilang. Barangkali bisa menebal namun mana mungkin kekal, satu masa debu ini akan tertanggal. Debu-debu yang tak dipeduli, meski terlihat kotor namun masih suci; berbanding hatiku...