Telah lebih 20 puluh tahun aku bersama BAHAGIA itu. Seringkali kenalan aku menegur BAHAGIA yang aku miliki itu. Mengapa BAHAGIA? Entah. Aku sendiri kurang pasti apakah BAHAGIA yang bersama aku saban tahun itu bagai azimat untuk aku bertahan?
Sejak kecil aku punya masalah kesihatan. Itu dan ini. Mungkin BAHAGIA itu adalah satu doa untuk aku. Agar mudah semua urusan.
Namun belum aku benar-benar meneliti apa sebenarnya BAHAGIA yang menjadi simbolik pada loket pemberian Tok Minah. Aku masih bersama BAHAGIA itu, meski si pemberinya telah lama kembali kepada BAHAGIA ABADI.
*Al-Fatihah. Tok Minah dalam doa BAHAGIA-ku*
YOU ARE READING
Debu yang Terconteng
PoesíaHanya kata-kata usang yang bila-bila masa boleh ditiup terbang lantas hilang. Barangkali bisa menebal namun mana mungkin kekal, satu masa debu ini akan tertanggal. Debu-debu yang tak dipeduli, meski terlihat kotor namun masih suci; berbanding hatiku...