Perasaan aku pada mulanya seperti butiran beras pulut itu, hanya mentah, putih dan berderai-derai.
Dihangatkan dengan keterujaan laksana bahang wap air; langsung menjadi satu gumpalan pulut.
Kehadiran kamu tatkala itu, aku umpamakan seperti ragi yang menapaikan perasaan sedia ada.
Tergaul keduanya lantas terperam menjadi tapai yang manis pada awalnya.
Kemudian tersisa perasaan itu berlama-lama, masam jadinya dan bikin mabuk.
Harus disingkirkan. Telah terlewat buat aku menikmatinya, tersia-sia.
YOU ARE READING
Debu yang Terconteng
PoesieHanya kata-kata usang yang bila-bila masa boleh ditiup terbang lantas hilang. Barangkali bisa menebal namun mana mungkin kekal, satu masa debu ini akan tertanggal. Debu-debu yang tak dipeduli, meski terlihat kotor namun masih suci; berbanding hatiku...