[Banyubiru] dengan Cangkir Kopi Kedua

1K 234 20
                                    

Banyubiru (23)


Pesanan brosur dari TK Pertiwi sudah selesai. Desainnya yang childish dan warna-warni membuatku tersenyum sepanjang aku mengerjakannya. Terlebih karena foto anak-anak TK yang kumasukkan disana. Menggemaskan.

Pas jam dua belas malam. Besok siap cetak.

 Sip!

Bisa makan enak setelah ini.

Oh, iya. Ngomong-ngomong, aku  jadi lapar. Mudah-mudahan masih ada mie instan dan sisa nasi di dapur.

Aku mematikan laptopku yang sudah overheat setelah meng-copy semua pekerjaanku dalam hardisk. Kumasukkan ke dalam tas, dan aku pun melangkah keluar kamar.

Aku nyaris terkaget melihat Ravi masih duduk di depan TV. TV menyala dengan volume kecil, tapi Ravi tidak melihat ke arahnya. Sibuk memelototi laptopnya di atas meja kecil. Lesehan, dengan segala macam bungkus cemilan yang jadi sesaji selama ia lembur mengerjakan skripsinya.

"Makan, Rav," tawarku sambil melangkah ke arah dapur.

"Udah tadi," jawabnya singkat sambil mencondongkan wajah lebarnya ke layar laptop. Alisnya berkerut dibalik kacamata minusnya. Sepertinya dia menemukan sesuatu yang salah dengan pekerjaannya sendiri.

Aku terkekeh.

"Eh, kopi aja, Ban."

Aku menghentikan langkahku. Menoleh ke arahnya dan mengecek sisi mejanya.

Ada cangkir kopi disana. Itu artinya dia memintaku untuk membuatkannya cangkir kopi kedua.

"Ogah..." tolakku.

"Yaelah..." Ravi mengeluh sambil melirik sinis ke arahku.

Reaksinya kutertawai saja. Aku melangkah ke dapur. Mengambil panci kecil dan memanaskan air. Kuambil sebungkus mie instan yang tersisa di lemari.

Sambil menunggu air panas, aku beralih ke cucian piring yang menumpuk. Ravi dan aku sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai lupa urusan dapur. Mengingat Ravi sedang fokus-fokusnya, lebih baik kugantikan saja tugasnya hari ini mencuci piring.

Bak cucian piring yang dekat dengan jendela membuatku tersenyum-senyum sendiri. Aku bisa melihat keluar setelah seharian di dalam kamar.

Langit malam di luar cukup cerah.

Aku berkhayal ada orang lain yang juga sedang melihat langit yang sama... beristirahat sejenak dari pekerjaan yang belum tuntas, sama sepertiku atau Ravi malam ini.

Aku berkhayal, mungkin ia juga sedang menikmati kopi malamnya untuk bertahan sampai pagi.

Atau bahkan mulai berpikir untuk membuat secangkir kopi kedua, seperti Ravi.

"Selamat bekerja," ucapku tanpa sadar sambil membilas tumpukan piring yang selesai kusabuni.

"Nggak usah, udah kenyang. Kopi aja, Ban," sahut Ravi dari ruang tengah.

Aku tertawa. Dia pasti salah dengar. Dikiranya aku bicara dengannya. Padahal aku sendiri juga tidak tahubicara dengan siapa.

"Siapa juga yang nawarin makan."

"Ya makanya gue minta kopi."

"Lo kan udah ngopi tadi. Jangan ngopi lagi, nggak baik..."

"Pelit lo!"

"Hahahaha!"



Dots on Paraline [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang