[Banyubiru] Sahabatku Sahabatmu

767 172 25
                                    

Banyubiru (23)


"Enak?"

Mungkin ini sudah yang ketujuhratus kali. Bodohnya, masih kujawab juga, "Apa?"

"Dicium Jenna."

"Kaya dihantam pickup."

Ravi ngakak. Memegangi perutnya sambil memaki-maki, "Bangsat! Makin jago ngaco lo, Ban! Huahaha pickup pasir berapa koli?!"

Tentu saja aku bohong. Mana mungkin bibir gadis semanis Jenna terasa seperti bemper pickup.

Bibirnya lembut.

Kemungkinan besar karena ia merawatnya setiap hari. Dengan lip scrub supaya tidak kering dan pecah-pecah. Dengan lip balm supaya selalu lembab. Dengan pulasan lipstik supaya tampak lebih menarik.

Ya, mungkin semua perempuan begitu. Ravi berkali-kali mengejek MJ setiap gadis itu memamerkan skin care barunya kepada kami.

"Ahelah bibir digosok-gosok, dilembab-lembabin pake wangi-wangi, kaya ada yang mau nyipok aja, lu, Jeee!"

Kalau sudah begitu MJ akan ngamuk seperti biasa. Bagianku adalah menertawakan. Kecuali kalau MJ sudah memerintahkanku untuk mencekal kedua tangan Ravi agar si gembrot itu mencoba sendiri nikmatnya perawatan kulit ala Korea yang belakangan sedang digemari MJ.

Sambil kutindih dan meronta-ronta macam anak Madrasah kesurupan massal, Ravi akan diserang oleh MJ tanpa ampun. Entah dipakaikan masker, lip scrub, lip balm...

Suatu kali setelah diperkosa --maksudnya, dipakaikan lip balm secara paksa-- oleh MJ, Ravi hanya termenung-menung sambil memegangi dagunya. Mengecap-mengecap bibirnya dan hidungnya tak henti bergerak.

Ketika dia berkata, "Anjir, enak banget baunya kaya melon beneran. Gue rasanya pengen makan bibir sendiri," disitulah aku dan MJ akan tertawa habis-habisan.

Lihat?

Bahkan ketika Ravi tidak bosan mengungkit tentang Jenna, yang muncul di kepalaku hanya MJ.


***

"Nggak cuma aku, tapi MJ juga. Kamu pikir semua seperti yang kamu kira? Enggak, Banyu..." begitu alasan Jenna ketika kesadaranku terkumpul dan menahannya.

Semuanya tidak seperti yang aku kira, begitu asumsi Jenna. Aku pikir aku dan Jenna berteman, tapi kenyataannya tidak. Jenna mengharapkan yang lebih dariku. Aku yakin aku dan MJ bersahabat, tapi Jenna tidak berpikir begitu. Baginya, MJ mungkin juga tidak berpikir begitu. MJ pasti jatuh cinta pada Banyu, itu yang Jenna percayai.

"Terus gimana dengan Wenandra?" Aku membaliknya dengan pertanyaan itu. Kalau Jenna ingin membicarakan hal-hal yang dicurigai orang lain, maka mari, aku juga akan membicarakan gosip yang menyerangku. "Mereka bilang aku merebut kamu dari Wenandra, padahal nggak. Aku nggak pernah merebut siapa pun dari siapa pun."

"Memang enggak. Aku dan Andra cuma sahabatan..."

"Yakin itu bukan cuma terjadi di pikiran kamu?"

Jenna terdiam.

"Kamu pernah tanya gimana perasaan Andra? Atau kamu nunggu Andra ngelakuin hal ini juga ke kamu, tiba-tiba cium kamu, baru kamu sadar?" Entah kenapa aku merasa tersinggung ketika Jenna mengusik apa yang aku percaya tentang MJ tanpa tahu benar bagaimana ikatan diantara kami sebenarnya.

Kubalikkan kalimatnya yang menyerangku. Aku tidak bisa mengendalikan lagi nada kalimatku yang mulai ngegas. Sesaat kemudian ketika aku melihat Jenna tampak terluka, aku menelan ludah kikuk. "Maaf, Jen... Aku cuma bilang apa yang ada di kepalaku... Karena sepertinya kita harus bikin semuanya jelas... Kamu mau begitu, kan?"

Dots on Paraline [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang