[Sandar] Stop Hiding, Turtle

631 141 59
                                    

"Mas, nanti kamu pulang jam berapa?"

Banyu terhuyung mundur. Kaget, begitu membuka pintu kamar mandi, sudah ada aku menunggu di depan pintu.

Hahaha! Aku suka membuatnya kaget. Wajah melongo bodohnya itu selalu sukses membuatku tertawa. Hahaha... Lihat, kalau tak kupegangi tangannya, ia pasti sudah terjengkang karena lantai yang licin.

"Kamu tuh suka ngagetin..."

"Jam berapaaa?" ulangku lagi sambil melenggang ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan bagi kami. Banyu, yang masih mengeringkan rambutnya, tampak berpikir keras sambil mengekor langkahku.

Aku tahu ia selalu kesulitan menjawab pertanyaan itu, karena terkadang pekerjaannya tak tentu. Kadang ia bisa pulang tepat waktu, namun belakangan karena ada beberapa proyek yang harus dikebut, ia bisa pulang sampai jam dua malam.

Ck.

Lihat si bongsor ini... Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah duduk manis dan mulai makan.

Gemas, kupukul punggung tangannya yang hendak menyuap sendokan kedua.

Plak!

"Auh!"

"Bukannya jawab, malah makan! Gimana, sih?!"

"Ya kamu, sih! Sodorin nasi duluan, ya aku makan, lah!" protesnya dengan pipi menggembung sebelah.

"Oh, jadi kamu lebih milih nasi daripada aku?"

"Iyalah! Kalo nggak makan nasi, aku mati!"

Aku hanya memutar bola mata jengah. Banyu ini memang ribet banget kalau diajak bicara. Pertanyaannya satu, tapi urusannya bisa panjang!

Aku menyerah bertanya dan ikut mengambil nasi goreng sosis yang kubuat tadi selama Banyu mandi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Banyu harus segera siap-siap ke kantor.

"Utuu tututuuuuw~ ngambek nih ceritanyaaa?"

Ternyata Banyu sejak tadi sibuk mengumpulkan potongan sosis di piringnya. Sosis yang dipotong kecil-kecil itu kini diletakkannya di piringku.

"Ngapain, sih?"

"Buat kamu aja, aku udah puas makan sosis," bisiknya sambil mengedipkan mata.

Aku mengenali candaan kotornya, "Jorok kamu!"

Banyu terbahak puas mendengarku mengomel. Astagaaa... Kenapa dia ini suka sekali sih membuatku sebal?! Masih pagi lho ini... Tapi sudah ngajak ribut dan bikin tensi darahku naik.

Sebenarnya aku senang kalau Banyu meluangkan waktunya yang tak banyak itu untukku. Seperti semalam, kadang ia kuperbolehkan menginap, meskipun pada akhirnya hanya kutinggal lembur mengerjakan tugas dan laporan praktikum.

Kalau waktu kami sama-sama luang dan ia tidak begitu lelah, kami akan nonton film. Atau main kartu. Seringnya sih hanya ngobrol sampai sama-sama tertidur.

Yang lain-lain? Aku tidak perlu cerita, kan? Ha. Ha.

Bersama Banyu, aku menjadi lebih banyak tertawa, banyak mengomel, lebih banyak bebas bercerita. Kupikir aku juga lebih santai menghadapi hal-hal yang biasanya tak bisa kuterima. Misalnya, hal-hal yang kotor.

Dulu aku paling benci dengan orang yang berkeringat, kotor, dan bau. Aku sempat shock ketika pertama kali Banyu pulang dari proyek dalam keadaan penuh debu gypsum, bau keringat dan cat, juga dekil. Tapi semakin kemari, aku bisa memakluminya. Wajah senyum yang menyembunyikan lelah itu jauh lebih menarik perhatianku ketimbang tubuhnya yang kotor. Siapa peduli.

Dots on Paraline [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang