[Banyubiru] Lubang Hidung

3.6K 305 108
                                    

Banyubiru (23)

Siapa yang pernah jatuh cinta pada pandangan pertama, angkat tangan!

Kamu? Tidak?

Oh... Tidak mau mengaku...

Ya sudahlah.

Itu memang konyol, sih. Tolol bahkan. Terlalu memalukan untuk diakui, terutama bagi mereka yang selalu berkampanye "Don't judge a book by its cover."

Pokoknya bodoh. Bego. Dumb level advanced.

Siapa?

Aku.

Iya, aku. Apalagi kalau situasinya begini.

"Hahahahaha!" aku jadi geli sendiri. Tawaku bahkan terlalu kencang, sampai bapak pengendara motor di sebelahku langsung memajukan posisinya setelah melihat tampang bodohku.

Begini, aku sedang berada di atas sepeda motor. Sepeda motor yang sejak tadi kupandangi meter bensinnya dengan cermat karena jarumnya sudah menunjuk huruf E. Sayangnya aku butuh uang yang ada di dompetku untuk pergi ke percetakan.

Itu sebabnya setiap melewati pom bensin yang ada di kiri jalan, aku selalu was-was. Isi atau tidak, ya? Aku khawatir uangku kurang.

Sampai dengan lampu merah terakhir ini pun, aku belum juga mengisi bensin. Ah, sudahlah... Sudah dekat. Semoga nanti tersisa uang setidaknya delapan ribu rupiah untuk membeli seliter bensin eceran.

Dan, hahahaha... Doa tadi jadi terselingi ucapan syukur penuh rasa geli. Tuhan, terima kasih sudah membuatku sedikit miskin hari ini, hingga aku melewatkan belasan pom bensin dari rumah kemari. Sehingga timing ku tepat untuk bertemu dengannya. Hahahaha, astaga, Tuhan, maafkan. Dan terima kasih lagi karena sosok di hadapanku itu, yang duduk berboncengan pada motor matic di belakang zebra cross itu...

...indah sekali

***

Aku punya teman satu ini. Namanya MJ. Lupakan saja nama aslinya, aku tidak akan bilang karena MJ sendiri merasa nama lengkapnya kampungan. Maka cukuplah mengenal dia sebagai MJ. Atau Meja, begitu teman lain memelesetkannya.

Dia selalu bilang begini, "Lo kan ganteng. Badan gedhe, gondrong ngga jelas gitu, sih.... Tapi walau kumel buluk begitu, menurut gue lo lumayan, laaah... Kenapa sih lo sampe nggak punya cewek?"

"Lo nggak lagi prolog buat modusin gue kan, Je?"

"Sori ya, Nyu, gue nggak suka laki yang tititnya kecil!"

Yah, itulah kadang yang membuat MJ susah punya teman sesama wanita. Mulutnya itu terlalu vulgar.

Kadang aku sebagai teman karibnya sering dicurigai sebagai korban sexual harassment langganannya.

"Iya, deh, yang punya pentungan lebih gedhe," dan maka isu itulah yang menyebar kemudian di kampus. Bahwa MJ yang selalu memakai rok ke kampus menyembunyikan pusaka rahasia di baliknya. Si anti-celana ketat ini memang menyembunyikan gundukan raksasa itu dibaliknya.

Aku tahu itu bohong.

Bukan karena aku pernah melihatnya, hey, jangan salah sangka. Aku tahu itu bohong karena aku tidak penasaran. Kamu akan paham sebentar lagi.

"Serius, nih! Kenapa, Nyu? Nge-date kek sekali-kali. Sama siapa kek, biar nggak berlumut di depan kompi mulu. Kenapa sih betah amat jomblo?"

Dan aku pasti akan menjawabnya dengan, "Kenapa enggak?"

Begitu terus berkali-kali, selama hampir tiga tahun pertemanan kami. Sampai aku bosan mendengarnya. Sampai pada akhirnya pertengahan tahun ini, percakapan itu berujung pada sesuatu yang sudah lama aku pertimbangkan.

Dots on Paraline [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang