Chapter 1

9.2K 359 13
                                    

*******

a.n:

Haiii, apa kabar semuaaa?

sebelum baca cerita ini gue cuma mau kasih tau kalau mungkiiin cerita ini akan sedikit lebih panjang dari teenfict pada umumnya. kenapaaa? karena disini sama aja gue menulis cerita dari tiga tokoh sekaligus dalam satu judul.

dan gue berharap kalian gak bosen yaa heee karena ceritanya Moza dan Oliv akan lebih greget dari cerita Bintang yang gue tulis di chapter awal.

anyway terima kasiiih yang udah mau baca cerita gue ini ^^

ALL THE LOVE!

--

"Bang, gece dong gue udah telat!" Oliv terus menepuk pundak Satria, kakaknya. Membuat Satria ikut-ikutan panik saat mengendarai motornya yang sudah membelah jalanan Jakarta di pukul tujuh pagi ini.

"Lu mau selamat sampai tujuan apa kelindes truck sampah sekarang juga nih?" Tanya Satria sedikit menoleh pada adiknya yang sedang kewalahan memegangi tas karung berisi segala macam kebutuhan OSPEK di hari pertama.

Oliv hanya mendecakkan lidah, ia tidak bisa apa-apa karena memang truck sampah yang persis melaju di depan mereka nyatanya menghalangi jalur yang dilalui motor Satria. Aturannya semua peserta OSPEK wajib datang tepat pukul enam pagi, tapi nyatanya kini Oliv masih terjebak macet padahal ia masih setengah perjalanan.

Di sisi lain Moza baru turun dari mobil pribadinya, memang keputusan yang salah saat ia memilih diantar oleh Bang Salim—supir pribadi keluarga karena ujung-ujungnya Moza malah telat sepuluh menit untuk sampai di gerbang sekolah.

"Widih anak sultan ya mbak? Jam segini baru dateng." sambut salah satu senior laki-laki yang berjaga di depan gerbang saat Moza baru menghentikan langkahnya. Moza melihat ada sekitar empat orang peserta OSPEK yang sedang menjalani hukuman di depannya saat ini. Moza tidak bisa apa-apa, ia hanya menunduk sambil terus meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat.

"Maaf, Kak" ucapnya sambil memegang erat kedua tangannya yang bersembunyi di balik baju yang terbuat dari karton—ini salah satu penyebab Moza uring-uringan tadi malam, karena ia harus membuat ulang baju aneh itu karena yang sebelumnya terkena tumpahan kuah mie instan yang tidak sengaja ujung mangkuknya terinjak oleh dirinya sendiri.

"Lebaran masih lama neng! Udah minta maaf aja" celetuk salah satu senior perempuan yang menatapnya sinis dari awal Moza berdiri dihadapan dua senior itu.

HA-HA lucu babi, batinnya kesal.

Moza harus menjalani hukuman dengan terus berbicara lantang kalimat yang tidak asing jika seseorang terlambat datang "SAYA SI ANAK SULTAN BERJANJI TIDAK AKAN TERLAMBAT LAGI" selama dua puluh kali.

Baru sampai teriakan ke dua belas, salah satu anak yang jam terlambatnya lebih parah berlari ke arah senior yang tadi memberikan hukuman pada Moza. Nafas Oliv terengah-engah akibat berlari sekitar sepuluh meter dengan beban tas karung berisi satu liter air mineral dan topi yang terbuat dari pot bunga yang kebesaran membuat seluruh jidatnya terhalang.

"Ini anak siapa lagi nih jam segini baru dateng?" seniornya semakin geram.

"anak Pak Bambang" jawabnya polos, tanpa ia ketahui bahwa seniornya itu sedang menyindir dirinya.

"Apa sih situ ngelawak?" timpal senior perempuan sambil berkacak pinggang.

Dih gak jelas anjir, batinnya. Karena memang nama asli papanya adalah Bambang, Bambang Setia Negara.

Oliv langsung menaruh tas karungnya di atas lantai conblock karena tangannya tiba-tiba kesemutan. Jelas seniornya langsung bereaksi karena ulah Oliv barusan yang dipikirnya manja.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang