"Kak..." Bintang menghampiri Valdo yang duduk di rerumputan sambil menyeruput minuman berwarna cokelat muda.
"Eh Bi, sini duduk!" Valdo menoleh dan menginstruksikan Bintang untuk duduk sambil menepuk rerumputan di sampingnya.
"Mau?" Tawar Valdo yang langsung menyodorkan gelas plastik itu ke hadapan Bintang.
Bintang mengendus bau aneh dari gelas itu, bau yang jelas sangat ia tidak suka.
"Mau ngerjain?" Tanyanya sinis sambil mendorong pelan tangan Valdo agar menjauh dari hadapannya. Valdo yang keheranan hanya memandangi Bintang dan gelas plastik itu bergantian.
"Oh iya! Lu kan gak suka jahe ya? Ya ampun sorry ,sorry" Valdo hanya tersenyum tidak enak pada Bintang sambil menyeruput lagi minuman jahe itu.
Sedari tadi Valdo sudah merasa resah, bahkan pemandangan hijau di hadapannya pun tidak berhasil membuat dirinya tenang. Ini akan menjadi waktu yang bersejarah di hidupnya, berhadapan dengan gadis yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.
Baginya, waktu kurang lebih tiga bulan sudah cukup untuk mengenal Bintang, apalagi ia pernah membawanya makan malam di rumah walau acara makan malam itu terkesan tidak normal karena ulah Jevin si trouble maker. Setidaknya ia memiliki keyakinan bahwa Bintang memiliki perasaan yang sama jika dilihat dari perilaku Bintang yang selalu welcome terhadapnya.
Walau Bintang dulu terkesan menghindar dan dingin, namun lama kelamaan hatinya melunak. Beberapa kali Valdo berhasil membuat gadis itu tersenyum. Entah itu tersenyum bahagia, tersenyum kecut atau tersenyum geli, yang jelas membuat Bintang bahagia sudah cukup membuat dirinya juga bahagia bahkan lebih.
"Kak? Lu dengerin gue ngomong gak sih?" Bintang menyenggol lengan Valdo yang entah sudah berapa lama tenggelam dalam lamunannya.
"Eh—apa? Lu ngomong apa tadi?" Valdo langsung menoleh pada Bintang yang tersenyum sambil menahan kekesalannya.
"Udah lupain! Gak penting" Bintang mengibaskan tangan kanannya.
"Ih ngambek" Valdo langsung menaruh gelas plastik yang sudah kosong tadi dan menyentuh kedua bahu Bintang berharap ia bisa mendapat perhatian Bintang yang menurutnya sudah kesal.
"Dih apaan sih Kak? Lebay banget, santai aja kali" Bintang menggeliat sambil tertawa melihat tingkah Valdo yang seketika panik itu. Valdo akhirnya merasa lega setelah melihat Bintang yang tertawa dan memperlihatkan lesung pipinya yang dalam.
"Bi?" Suasana berubah menjadi tegang saat Valdo melepas cengkramannya dan berhenti tertawa, membuat Bintang langsung berhenti tertawa juga.
"Hmm?" Jawabnya singkat sambil tersenyum pada Valdo.
Duh, senyuman itu. Senyuman yang membuat Valdo ingin berguling-guling saja rasanya di lapangan hijau yang luas ini.
"Gue mau ngomong serius sama lu"
DEG!!! Dada Bintang terasa panas.
"Believe It or not Bi, dari pertama gue liat lu, gue merasa ada sesuatu yang beda. Basi ya bahasa gue? Tapi serius, gue gak ngerti kenapa tapi dalam hati gue bilang kalau lu adalah orang yang tepat buat gue"
What? Please God, not now!!!, bisik Bintang dalam hati.
Walaupun Valdo sempat merasa gemetar saat mengutarakannya, tapi ia berusaha melanjutkan apa yang harus ia katakan pada gadis yang kini diam seribu bahasa.
"Emang sih baru tiga bulan, tapi entahlah gue gak pernah merasa seyakin ini sama seseorang. Bintang, please liat mata gue!" Mohonnya saat Bintang tiba-tiba menunduk. Valdo mencoba meraih tangan Bintang yang sudah menggenggam rerumputan itu dengan erat.
KYAAA TANGANNYA JANGAN DIPEGANG PLEASE BISA KEJANG-KEJANG AING! , Batinnya semakin histeris.
Bintang memberanikan diri untuk melihat ke kedua mata cokelat yang selalu ia kagumi itu. Ia tidak menemukan jejak bercandaan disana, Valdo memang sedang serius mengutarakan semua ini. Sepenglihatan Bintang, hanya kejujuran yang tersirat dari matanya.
Valdo sebenarnya sudah ingin pingsan saat menatap ke kedua mata Bintang, padahal ia sendiri yang awalnya menyuruh Bintang agar menatap ke matanya sendiri. Sial, dia jadi serba salah.
"Bi, gue suka sama lu. Gue berharap bisa mengenal lu lebih jauh, Gue mau menjaga lu dan gue pengen lu jadi milik gue seutuhnya, bukan kayak sekarang ini. lu sebatas junior gue dan gue sebagai senior lu, gue berharap kita bisa lebih dari ini."
"Gu—" Belum selesai Bintang merespon, Valdo langsung beranjak dari tempatnya duduk dan pergi meninggalkan Bintang sendiri.
Mati gue! ngambek kan tuh dia gara-gara gue mingkem aja dari tadi, ingin rasanya ia membekap batinnya saat ini juga jika ia bisa.
Bintang terus menggerutu, ia bingung harus merespon apa pada Valdo. Baru pertama kali ia dibuat bingung oleh seorang laki-laki yang ia suka seperti ini. See, Bintang bahkan mengakuinya. sampai saat inipun Bintang tidak habis pikir atas dirinya sendiri, bagaimana dirinya bisa dengan mudah jatuh hati pada seseorang.
Jelas ini bukanlah Bintang yang dulu, yang membuat siapapun yang mendekatinya menyerah karena sifatnya yang dingin jika ada laki-laki yang mendekatinya dengan niat menjalin hubungan lebih dari teman.
Bintang terus mengusap wajahnya dengan kasar, ia harus bagaimana sekarang? Apa ia harus menyusul Valdo yang entah pergi kemana saat ini? atau ia cukup duduk sendirian seperti orang tolol disini?
Bintang langsung beranjak dari tempat duduknya, berniat untuk mencari Valdo yang meninggalkannya sendiri di bawah pohon besar ini.
"Mau kemana?" Tanya Valdo yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Bintang saat gadis itu baru berbalik.
Nafasnya sempat terhenti saat ia mendapati dirinya dan Valdo yang hanya berjarak beberapa centi saja.
Ingin rasanya saat ini ia memanjat pohon tinggi disampingnya ini kemudian bergelayutan ke pohon lain macam tarzan sambil berteriak lepas. Valdo Attala, sekali lagi, berhasil-membuat-dirinya-gila.
"Mau... mau cari Kak Valdo. Gue kira tadi lu kemana, Kak." Jawab Bintang sambil susah payah mengatur nafasnya.
Valdo hanya tersenyum dan membawa lengan Bintang, mengajaknya duduk seperti semula. Bintang melihat Valdo yang menenteng gitar dengan tangan kanannya. Satu fakta yang baru ia tau, bahwa Valdo ternyata bisa bermain alat musik yang selalu membuat beberapa gadis meleleh jika orang yang ia suka memainkan benda bersenar itu di hadapan mereka.
Apa ini juga yang akan terjadi pada Bintang? Dinyanyiin oleh orang yang spesial seperti tayangan di film-film. Ya Tuhan, kenapa hidupnya berubah menjadi sangat manis sejak kedatangan laki-laki ajaib ini?!
Semua kejadian yang ia pikir lebay bahkan tidak mungkin pernah terjadi pada hidupnya kini justru secara nyata terjadi padanya.
"Bi, gue tau ini mainstream banget, jujur gue gak ahli gimana cara bikin cewek seneng. Ini juga gue mesti cari dulu di google, dan satu-satunya yang bisa gue lakuin yaa ini. dan kalo lu mau tau, lu cewe pertama yang gue perlakukan kaya gini" Valdo tersenyum tulus sambil mengatur posisi gitar yang kini sudah ada di pangkuannya itu.
Jir gue mau jadi gitarnya biar bisa dipangku-pangku, batinnya mulai membisikkan hal konyol lagi.
Valdo mulai memetik senar gitarnya sementara Bintang menyaksikan penampilan Valdo dengan seksama. Hatinya tidak berhenti membaca segala do'a yang ia hafal, takut kalau-kalau ia kerasukan setan penghuni pohon besar itu karena dia bisa lupa diri saat melihat Valdo beraksi. Lebay banget sih, Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...