Sore itu langit diselimuti awan kelabu, pertanda hujan akan turun, buktinya rintik-rintik kecil sibuk mengetuk kaca besar di hadapan Oliv, Jevin dan teman-teman bandnya yang lain.
Berkumpul di coffee shop ini sudah menjadi kebiasaan jika band mereka akan tampil di sekolah atau mengikuti lomba di luar sekolah.
Suasana vintage yang comfy dan letaknya jauh dari kebisingan membuat mereka lebih mudah mendapatkan ide dan menentukan konsep untuk tampil.
Band ini, tidak pernah mau asal-asalan saat tampil di panggung, bahkan mereka sering membawakan lagu dari musisi terkenal dengan aransemen dari mereka sendiri.
Jevin dan Oliv duduk bersebelahan, sementara Fatir dan Cio duduk berseberangan dengan mereka. Dihadapannya sudah ada pesanan masing-masing, frappe coffee adalah minuman yang sering mereka pesan disini, bukan karena mereka semua sangat menyukai minuman itu ,sebenarnya hanya Oliv yang menggilai frappe coffee, dan teman-temannya yang lain ikut memesan minuman yang sama agar mereka tidak perlu menunggu lama untuk pesanannya datang. Intinya Jevin, Fatir dan Cio tidak mau ribet.
Dan disini Oliv jugalah yang selalu memesan ekstra makanan.
"Kita mau tampilin apa nih?" Suara Oliv membuat teman-temannya seketika mengalihkan perhatiannya pada Oliv.
"Dangdut aja" Celetuk Jevin asal, untunglah tidak ada satupun temannya yang menanggapi.
"Menurut lu konsep awalnya gimana Liv? Biasa lu yang paling paham lah beginian" Tanya Fatir mencoba berbincang ke intinya.
Sebentar lagi, sekolah mereka akan mengadakan acara Jours De L'art, perlu diketahui acara ini baru dilakukan untuk pertama kalinya dan pencetusnya adalah Bintang Alessandra.
Jadi perwakilan setiap kelas diminta untuk menampilkan segala macam penampilan yang berbau seni, dan band mereka ini diminta untuk menjadi opening actnya.
Oliv terlihat sedang memikirkan sesuatu saat Fatir bertanya demikian. Mereka sudah sering tampil dengan berbagai konsep. Dan Oliv mau di penampilan band mereka nanti, mereka tampil dengan konsep yang belum pernah dibawakan sebelumnya.
"Kita kan sering bawain musik-musik keras nih, gimana kalo untuk nanti kita akustikan aja? Maksudnya yang calming aja gitu"
"Dress codenya?" Giliran Cio angkat bicara.
"Kita pake jas aja terus Oliv suruh pake dress" Ujar Jevin yang langsung mendapatkan hantaman keras dari lengan Oliv.
"Gak! Gak gitu juga. Kita akustikan tapi tetap ada aksen sangarnya, all black aja gimana?" Usul Oliv.
Jevin mendekatkan wajahnya ke samping Oliv sambil berlagak memperhatikan setiap ucapan yang keluar dari mulut Oliv, Tanpa ia sadari tangan Jevin sedang menjalar ke makanan miliknya,
Jevin mengangguk setuju secara dramatis "Boleh juga tuh" Tangannya berhasil mengambil lima batang kentang goreng sekaligus.
Waktu dua jam sudah cukup bagi mereka untuk menentukan konsep apa yang akan mereka bawakan.
Oliv memperhatikan keluar melalui jendela besar itu, dan ia mendapati rintik hujan yang tidak lagi turun, kini sudah reda dan mendung berganti dengan langit yang mulai gelap.
Tadi Oliv diantar Satria untuk sampai kesini karena motor miliknya yang kehabisan bensin, untunglah coffee shop ini sejalur dengan tempat nongkrong satria meski jaraknya berjauhan.
Mereka berjalan beriringan keluar dari bangunan itu, Fatir yang menumpang di motor Cio karena rumah mereka berdekatan, sementara Jevin yang sudah menyalakan motornya hendak melesat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...