Chapter 43

1.5K 129 10
                                    

Udara pagi itu masih terasa dingin, jalanan pun masih terbilang lengang. Hanya beberapa kendaraan yang sudah melaju membelah jalan panjang berlapiskan aspal.

Hari ini, Jevin mulai menjemput Moza lagi. Setelah kondisi kaki Moza sudah pulih, Jevin meminta agar mereka bisa berangkat bareng lagi seperti itu.

Jevin membuka kaca helmnya dan sedikit memutar kepalanya ke sebelah kanan.

"Udah sarapan?" Teriak Jevin di balik maskernya.

"Udah dari kemaren. Terakhir tadi malem" Balas Moza tak kalah berteriak.

Jevin yang mendengar dengan jelas jawaban Moza hanya menautkan kedua alisnya, bingung. Persis saat motor Jevin berhenti di lampu merah, ia kembali memutar kepalanya, namun kali ini sambil membuka maskernya, "Gue tadi tanya, udah sarapan?"

Moza yang mendekatkan kepalanya ke arah Jevin hanya terkekeh. Astaga dia merasa seperti orang dongo. "Ooh, gue kira lu nanya, udah belajar? Gitu" Moza terbahak malu sambil menepak helm Jevin.

Hari ini memang guru mereka sudah menjanjikan akan mengadakan ulangan, ya guru fisika. Dan dunia beserta isinya tau kalau Jevin lemah di mata pelajaran yang satu ini.

Maka dari itu, Jevin meminta Moza mengajarkannya di sekolah sebelum bel masuk berdering. Bahkan ia rela bangun lebih pagi agar ia bisa fokus saat diajarkan oleh Moza nantinya.

Langkah mereka seirama, dua pasang kaki itu melewati koridor yang masih terbilang sepi walau ada satu, dua orang yang sudah sampai di sekolah. Mereka yakin hanya orang-orang yang memiliki niat dan tekad kuat untuk mengenyam bangku pendidikanlah yang rela sampai di sekolah sepagi ini.

Kecuali Jevin dan Moza yang datang di pagi hari untuk hal lain.

Tidak ada yang namanya kehabisan bahan pembicaraan karena Moza termasuk orang yang senang bercerita, sementara Jevin menjadi si pendengar tapi sesekali Jevin merespon saat ia mendengar ucapan Moza yang menurutnya di luar nalar.

Langkah Moza dan Jevin terhenti di ambang pintu kelas saat mereka mendapati seseorang sedang berada di sana, di dekat meja Moza. bahkan suara tawa Jevin yang membahana seketika hilang saat melihat sosok itu.

Dia seharusnya tidak ada disini.

"Key? Lu ngapain?" Tanya Moza sambil memperhatikan sesuatu yang tergeletak di mejanya. Keanu yang tertangkap basah terlihat kalang kabut saat mengetahui ada orang yang memergokinya.

Ditambah orang itu adalah Moza. dan Jevin. Cowok yang selalu menjadi penghalang dan perusak rencana Keanu.

Keanu tidak menjawab sama sekali pertanyaan Moza yang masih berdiri di tempat semula. Dengan langkah cepat Keanu keluar dari kelas Moza dan Jevin. Matanya tidak lepas dari Moza yang sedang menatapnya heran.

Bahkan Keanu sempat menubrukkan bahunya ke bahu Jevin yang sudah mengepal kedua tangan di sisi tubuhnya. Entah disengaja atau tidak, yang jelas itu menyebalkan.

Moza berjalan menuju mejanya, diikuti Jevin yang mengekor di belakang dengan tas yang sudah ia lepas dari bahunya.

Jevin melihat tangan Moza yang sedang meraih sebatang cokelat yang dihias pita berwarna merah muda. Tatapan tajam, tidak mampu Jevin baca dengan baik namun Jevin tau ada semburat kekecewaan di wajah Moza.

Dengan langkah pasti Moza langsung berjalan keluar kelas, tangannya membawa cokelat yang belum sempat dibuka sama sekali. Dan dibantinglah cokelat itu ke dalam tong sampah yang berada tidak jauh darinya.

Jadi selama ini Keanu yang selalu menaruh cokelat di mejanya hampir setiap hari. Jadi dia telah memakan sesuatu yang diberikan Keanu.

Gue pikir itu dari Jevin, batin Moza.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang