Semenjak kejadian saat Diklat itu, Valdo jadi sering mengkhawatirkan kondisi gadis yang kini tidak sengaja beradu tatap dengannya.
Kecanggungan sangat terasa saat mata mereka terkunci, keduanya sama-sama salah tingkah dan langsung memalingkan pandangannya ke arah yang berlawanan.
Tangan Bintang langsung berpindah ke sisi tubuhnya, ia mencoba berperilaku senormal mungkin meski rasa mulas di perutnya itu belum sepenuhnya hilang.
Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan menghempaskannya perlahan karena satu langkah yang ia ambil akan membawanya ke hadapan Valdo.
AAAK MAU LARI AJA BOLEH GAAAK? SI VALDO NGELIATINNYA GITU BANGET LAGI AH ELAAAH, batin Bintang kembali menjerit.
Tidak ada yang mau memulai duluan sampai Valdo mengulurkan tangannya di hadapan Bintang sambil memanggil gadis yang sangat terlihat kikuk ini.
"Bi?"
"eh—emm, Kak. Good luck ya!" Singkat, padat, basi.
Hanya kalimat itu yang terlontar dari mulutnya yang tidak terbuka lebar. Dengan susah payah Bintang menelan ludahnya yang seakan sulit mengalir ke tenggorokan.
Tangannya dengan setengah hati menyambut uluran tangan Valdo dan dengan gerakan cepat, Bintang langsung melepaskannya.
Tatapan itu, tatapan yang sama-sama mereka dapatkan dari mata masing-masing, tatapan itu masih sama seperti waktu pertama mereka bertemu.
Tapi efek yang dimunculkan di hati Bintang jelas berbeda, bukan degupan kencang di dadanya karena terpesona oleh mata indah Valdo, melainkan semburat kekecewaan yang amat mendominasi.
Valdo hanya tersenyum getir saat mendapati perlakuan Bintang yang dingin pada dirinya. Tapi ia mencoba biasa saja, karena ini waktu yang tidak tepat untuk menanyakan "kenapa" pada Bintang.
"Iya, lu juga belajar yang bener ya! Semoga semua mimpi lu bisa terwujud" Valdo mengacak-acak rambut Bintang dengan lembut.
ALAAAH PAKE ELUS ELUS RAMBUT LAGI, KUBURAN MANA KUBURAN?, Jujur ia hanya bisa menanggapi apa yang Valdo lakukan dan katakan di dalam hati.
"Semua mimpi gue bisa terwujud? Enggak Kak, satu mimpi gue udah pupus malah. Mimpi gue untuk menjadi milik lu"
Tidak, ia tidak secara langsung menjawab apa yang Valdo ucapkan. Lagi lagi hal itu hanya sebatas dijawab oleh batinnya.
Suara deheman dari seseorang di samping Valdo membuat Bintang menoleh, memangnya selama apa Bintang berhadapan dengan Valdo sampai pacar Valdo ini seakan tidak tahan melihatnya menyampaikan salam terakhir dengan Valdo di organisasi ini?
Mata Bintang beralih pada pemandangan satu wajah yang sudah berurai air mata, Bintang tidak masalah jika Tia berdiri di samping Valdo karena gadis itu menjabat sebagai sekretaris jadi ya, wajar saja.
Atau mungkin Tia berdiri di samping Valdo karena ia berstatus sebagai pacarnya? Eh, masa bodoh.
"Kak Tia..." Kali ini Bintang menyapa duluan.
Terdapat jeda setelah dia menyapa kakak kelasnya itu.
"Good luck ya!" Kalimat yang sama dengan apa yang Bintang katakan pada Valdo.
Ah bodo ah otak gue lagi stuck, batinnya acuh.
"Sampe sama gitu ucapannya? Good luck buat apa sih? good luck buat hubungan gue sama dia?" Tanyanya dengan sengaja.
Bintang dengan refleks melirik ke arah Valdo yang ternyata sedang berbisik dengan teman di sampingnya, entah sedang membicarakan apa namun wajahnya terlihat serius tapi tetap santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...