Chapter 50

1.4K 119 1
                                    


Jevin memberanikan diri untuk masuk ke ruangan di hadapannya ini. Dengan segala keyakinan ia masuk ke ruangan dimana terakhir kali ia masuk kesana, ia merasa menjadi objek yang sedang di demo oleh segerombolan massa.

Di ruangan itu, ia melihat Moza yang tengah asyik bermain ponsel. Di bangku pojok dengan kostum cheersnya, saking fokusnya sampai ia tidak menyadari kehadiran Jevin.

Jevin menghembuskan nafas lega kala tidak ada lagi teman-teman Cheers Moza yang meneriakinya, hanya beberapa saja yang menatapnya terpaku.

Jelaslah tidak ada yang berani lagi bergenit ria pada Jevin, semuanya tau kini Jevin adalah milik Moza dan sebaliknya. Mereka tidak mau mencari masalah dengan seorang Armoza Genna yang kalau sudah murka akan murka selamanya, seperti yang pernah dilakukan pada Tia. Hanya Moza yang berani melawan Tia.

"Makan dulu nih, Za!" Moza terkejut saat sebungkus roti dan sekotak susu strawberry tiba-tiba mendarat di meja tempat lengannya bersandar, "Nanti lu pingsan pas dilempar."

Moza mendongak untuk melihat Jevin yang menyunggingkan senyuman khasnya pada Moza. Masih dengan tatapan yang tertuju pada Jevin, Moza melihat cowok itu yang malah duduk di meja persis di hadapannya.

Dahi Moza berkerut, tumben Jevin mau masuk ke tempat yang ia takuti waktu itu. Pandangannya kini beralih ke seluruh penjuru ruangan. Moza baru menyadari bahwa suara heboh dari teman-temannya mereda saat Jevin duduk di hadapannya.

"Cie... lovebirds! Maemunah dan Rojali" Teriak Kia yang membuat semuanya terkekeh.

"Kak Kiaaa, tau deh yang terjebak nostalgia!" Goda Moza yang hanya mereka berdua saja yang paham.

Moza baru sadar sedari tadi Jevin menatapnya lekat. Rasanya dengan menampilkan raut wajah bingungpun tak mampu membawa Jevin sepenuhnya kembali ke alam sadar. Dengan gerakan kilat Moza mencubit perut Jevin, membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

Dengan tangan kiri yang masih menggenggam ponsel dan tangan kanan yang memegang roti, serta susu kotak yang sudah ditusukkan sedotan sebelumnya oleh Jevin, Moza menikmati waktunya kali ini sambil membaca pertanyaan di akun ask.fm miliknya.

Kedua manusia ini terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sedari tadi Jevin sibuk mencoba menguncir rambut Moza yang tebal, meski Moza sudah meminta untuk tidak melakukan aksinya ini karena beberapa kali Moza meringis kesakitan saat Jevin tidak sengaja menarik helai rambutnya terlalu kencang.

Pemandangan ini tak ayal membuat semua yang ada di ruangan menjadi envy seketika. Jarang-jarang bisa menemukan cowok macam Jevin yang bisa berubah bak seekor bunglon. Dari yang cuek menjadi perhatian, dari yang menyebalkan menjadi sangat manis seperti ini.

Tidak sedikit yang men-ship mereka, tapi tidak sedikit pula yang tidak suka dengan hubungan mereka tanpa alasan yang jelas dan masuk akal.

Seperti saat ini, saat Moza mendapat komentar pedas di ask.fm-nya setelah ia mem-pap fotonya dengan wajah konyol dan rambut yang tergerai ke segala arah akibat ulah Jevin.

"Liat deh, Ping!" Ucap Moza sambil menahan senyum dan memperlihatkan layar ponselnya ke hadapan Jevin yang tidak juga melepaskan tangan dari rambut Moza yang sudah terkumpul.

Jevin membacanya dengan seksama,

Baru dapetin Jevin aja udah sok! Playgirl kacangan lo! gak pantes idup!

Terdengar hembusan keras dari hidung Jevin, ia paling tidak suka membaca ucapan asal yang ditujukan pada Moza, maka itu ia tidak pernah mau ikut-ikutan untuk punya akun semacam ask.fm. Yang ada paling hujatan dan kalimat yang menjelekkan pacarnya itu atau mungkin orang yang fanatik terhadapnya.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang