"Kenapa Za? komuk lu kocak amat" Tanya Indri terkejut saat Moza baru kembali setelah izin ke toilet.
"ha—hah? Gak apa-apa" jawab Moza sambil menutup mulutnya. Tadi saat Moza berjalan ke toilet di lantai dasar, ia tidak sengaja melewati lapangan basket dan melihat siswa kelas tiga yang sedang olahraga basket. Begitu terkejutnya Moza saat melihat Tia yang melempar bola ke ring basket dan tidak diduga bola itu memantul tepat menghantam wajahnya dan membuat kepala Tia terdorong ke belakang.
Tawa Moza langsung pecah saat melihat kejadian konyol itu, ia secara refleks terbahak-bahak dan mengatai Tia dongo. Untunglah yang ditertawakan tidak mendengar celetukan Moza karena suaranya membaur dengan gelak tawa temannya yang juga menertawakan Tia saat itu.
Niat awal ingin menyegarkan mata karena pelajaran Matematika yang membuat kepalanya terasa mumet, Moza malah disuguhi kejadian yang memang membuatnya lebih dari segar. Sepanjang jalan ia tertawa sendiri mengingat hal itu, sampai ia langsung berhenti saat berpapasan dengan salah satu guru yang menatapnya heran.
"gendeng" Moza bisa mendengar gumaman guru itu saat keduanya berpapasan.
Suasana kelas sangat hening karena hampir seluruh siswa sedang menyalin materi yang ditulis oleh sekretaris di papan tulis. Beberapa siswa yang duduk di bangku belakang terpaksa pindah dan duduk di lantai tepat di dekat papan tulis karena tulisan sekretaris yang terlalu kecil.
Indri yang matanya menderita minus bolak-balik melihat ke arah buku Moza yang menulis dengan lancar tanpa hambatan. Sesekali mulut Moza menyenandungkan lagu Pia Mia-Do It Again, entah lagu itu sangat melekat di ingatan Moza, tubuhnya ikut meliuk-liuk mengikuti irama lagunya. Dan tanpa Moza sadari seseorang yang duduk di pojok kanan barisan paling depan sedang menatapnya diam-diam sambil tersenyum melihat tingkah laku Moza saat itu.
"Ah tau ah gue foto aja lah ntar!" Indri mulai pasrah dan lelah harus menggerakan lehernya terus menerus, tubuhnya menyandar dan tangannya menjalar ke kolong bangku, mencoba meraih ponselnya.
"pacaran mulu dah lu" Moza melirik Indri yang kini fokus pada ponselnya itu.
--
"Ayo yang bisa jawab soal ini boleh langsung istirahat!" Ibu Sukma mengetuk-ngetuk white board untuk menarik perhatian siswa di kelasnya sekaligus agar kelas tidak riuh.
"Busuk..Busuk.. mau istirahat aja banyak acara dah!" Oliv mendengus keras.
"Busuk?" tanya Bintang sambil mencoba mengerjakan salah satu soal di bukunya tanpa menoleh kepada Oliv.
"Bu Sukma" entahlah, menyingkat-nyingkat nama orang sudah menjadi hobby Oliv.
Bintang beranjak dari kursinya sambil membawa buku berisi coretan cara pengerjaan soal nomor dua. Ia memberi isyarat akan mencoba menjawab soal yang tertera di papan sehingga Ibu Sukma langsung menyerahkan spidolnya pada Bintang.
Ibu Sukma langsung mengizinkan Bintang istirahat setelah mengecek jawaban yang hampir menghabiskan seperempat bagian dari satu papan tulis itu. Bintang langsung menaruh spidol itu ke tempat semula dan kembali ke tempat duduknya. Di sampingnya Oliv masih berkutat dan sedikit lagi selesai mengerjakan nomor satu.
"Cek deh! bener ga Bin?" tanya Oliv sambil menggeser bindernya ke sebelah kiri saat Bintang baru menjatuhkan tubuhnya di bangku. Bintang menganalisa jawaban Oliv tadi secara seksama sambil sesekali membetulkan kacamatanya yang agak turun.
"Bener. Buruan maju ih!" Bintang mendorong tubuh Oliv.
Oliv akhirnya beranjak dan maju berbarengan dengan siswa lain, untunglah mereka tidak mengerjakan soal yang sama. Butuh waktu sekitar lima menit untuk Oliv menulis di papan tulis sampai akhirnya ia kembali ke mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...