Chapter 33

1.5K 141 2
                                    

Valdo berjalan menyusuri koridor lantai empat dengan santai, ia tidak memperlihatkan ekspresi apa-apa saat beberapa siswi yang berpapasan dengannya terlihat mesem-mesem padanya. Sedari tadi ia kesal karena ponsel yang terus bergetar, akibat beberapa chat dari Jevin.

Meski ia sudah bertanya "kenapa?" pada Jevin, tetap saja adiknya itu tidak mau memberi tau alasannya. Ia hanya meminta Valdo menghampirinya ke kelas.

Dengan cuek ia langsung masuk ke kelas Jevin dan ia mendapati adiknya itu sedang asyik dengan ponselnya, dengan kaki yang diselonjorkan ke bangku di sebelahnya. Jevin sedang berleha-leha bak seorang raja minyak.

Suasana kelas sudah tidak terlalu ramai, hanya beberapa saja yang masih memilih beristirahat di dalam kelas, termasuk Moza yang belum selesai menyalin catatan dari papan tulis.

"Kenapa?" Tanya Valdo dingin sambil berdiri persis di depan mejanya.

"Bang, maag gue kambuh" Jevin langsung memegangi perutnya. Valdo yang melihatnya terheran-heran, karena saat Jevin belum menyadari kehadiran Valdo, dia terlihat baik-baik saja.

"Terus? Tinggal ke UKS aja kan? Bukannya lu tadi sarapan ya?" Tanya Valdo semakin heran dengan alasan Jevin.

Ia mulai meragukan perkataan Jevin yang menurutnya janggal.

"Iya tapi kayaknya gue harus makan lagi Bang" Jevin kini mengaduh menahan rasa sakit di perutnya.

"Yaudah makan tinggal makan. ngapain lu sampe nyuruh gue kesini?" Valdo mulai kesal.

Jevin terkadang berlebihan, penyakit baru kambuh saja kelakuannya sudah seperti orang yang harus segera dilarikan ke rumah sakit.

"Gue lupa bawa dompet" Jawabnya ragu dan pelan tapi masih bisa ditangkap oleh indera pendengaran Valdo.

"Si goblok! bilang aja mau minta duit" Valdo memukul meja didepannya, membuat beberapa murid di dalam kelas itu menoleh ke arah mereka.

Valdo merogoh saku celananya, mungkin ada beberapa lembar uang kembalian yang ia selipkan disana.

Dengan kesal ia melempar satu lembar uang sepuluh ribu ke meja Jevin, dengan sigap Jevin meraihnya seperti orang yang sudah tidak melihat uang selama berpuluh-puluh tahun.

"Kurang lah masa ceban" Protes Jevin sambil memasukkan uang itu ke saku bajunya.

Kurang ajar memang, sudah menyuruh Valdo naik ke lantai empat, di bohongi Jevin, dan setelah sampai, ia malah dipalak oleh adiknya ini, setelah diberi uangpun Jevin masih tetap saja protes.

Valdo tidak terima diperlakukan seperti ini, ia harus balas dendam.

"Cerewet lu. Mau gak? Kalo nggak, sini balikin!" Ujar Valdo sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Jevin.

Jevin mendecak sebal dan langsung beranjak dari duduknya. Dengan wajah cemberut dia pergi keluar kelas dan meninggalkan Valdo yang sedari tadi menahan diri untuk tidak membelah kepala adiknya ini.

Jelaslah karena Jevin yang sudah membohongi dirinya, buktinya Jevin masih kuat berjalan dengan tegak padahal belum sampai sepuluh menit dia mengeluh maagnya kambuh.

Valdo yang masih berdiri di depan meja Jevin tiba-tiba kepikiran sesuatu.

Valdo menghampiri Moza yang baru beranjak dari tempat duduknya. Melihat ekspresi Moza yang kebingungan membuat Valdo tidak bisa menahan tawanya.

"Kenapa sih lu?" Tanya Moza heran sambil menyambungkan kabel ke power banknya.

"Ntar malem ke rumah gue ya? Buat makan malem" Pintanya masih sambil cengengesan.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang