"Intinya Bi, gue mau yang terbaik untuk lu, gue akan dukung apapun yang jadi keputusan untuk masa depan lu. Dan gue gak mau liat lu sedih lagi." Mata Valdo menatap sendu pada Bintang yang kini sedang menggigit bibir bawahnya, gugup.
Bintang bisa mengerti setelah Valdo menceritakan semuanya. Walau sempat terbawa emosi namun itu tidak berlangsung lama karena Valdo dengan sabar menenangkan.
Ia percaya Valdo, sepenuhnya. Meski ada rasa takut jika suatu saat ia bertemu dengan Tia di sekolah, ia takut jika nanti seniornya itu melakukan hal yang lebih gila lagi pada dirinya.
Tapi lagi lagi, Valdo meyakinkan Bintang untuk tidak pernah takut karena Valdo tidak akan pernah membiarkan Tia melakukan hal yang tidak-tidak lagi pada Bintang.
Tidak akan ada yang bisa mengerti sebahagia apa Valdo sekarang, melihat orang yang dia sayang tersenyum, melihat Bintang dari dekat seperti waktu itu.
Sweet, mungkin itu yang Bintang rasakan. Meski tidak ada lilin yang menjadikan suasana terasa romantis, meski dia hanya memakai piyama bergambar micky mouse, meski mereka tidak sedang ada di restoran mahal, meski hanya teras rumah Bintang yang menjadi saksi bisunya.
Ia tidak menyangka semuanya kembali membaik secepat ini. ia kira dirinya akan terus tenggelam dalam penyesalan. Meski sebenarnya Bintang sudah jatuh dalam penyesalan itu, tapi Valdo datang di waktu yang tepat untuk membawanya kembali.
Untung lampu di teras rumah Bintang tidak terlalu terang, setidaknya hatinya lega karena Valdo tidak akan bisa melihat pipinya yang sudah merah seperti habis ditampar bolak-balik.
Iya benar, Bintang memang ditampar, ditampar kenyataan, kenyataan yang indah. Dan Bintang menikmati setiap tamparan itu.
"Dih, blushing!" Ucapan Valdo membuat Bintang langsung memalingkan pandangan dari mata cokelat itu.
Sial, ketauan!, Batinnya.
Bintang hendak memukul dada Valdo sebelum kedua tangan Valdo meraih dan langsung menggenggam tangannya. Ia kesal karena Valdo selalu tau apapun yang berusaha Bintang sembunyikan.
"Situ cenayang ya?" Sindir Bintang pada Valdo yang sedang melirik jam tangan yang ia kenakan di tangan kanannya.
Valdo hanya tertawa kecil. Sedetik kemudian Ia berdiri sambil memakaikan jaket ke tubuhnya yang dibalut kaos hitam polos.
Di ikuti oleh Bintang yang berdiri dengan lesu.
Yah sekarang banget apa baliknya?, Batinnya mengeluh.
"Gue balik ya, takut kena semprot ibu negara" Ujarnya dengan senyum yang berbinar sampai matanya menyipit, gemas.
Lagi lagi Bintang hanya mengangguk sambil tersenyum. Masa bodoh dengan tampangnya yang terlihat tolol karena ia terus menerus tersenyum. Saat ini ia hanya bisa setuju dan manut saja dengan apa yang Valdo katakan.
Jadi begini ya rasanya menjadi orang yang sedang kelewat senang sekaligus salah tingkah?
"Bi gue harap lu selalu bahagia ya. Because watching you happy is what makes me happy"
Satu ciuman berdurasi satu detik mendarat di pipi Bintang setelah kalimat itu terucap.
Bintang merasa nyawanya hilang beberapa detik. Ia tidak bisa meraih gagang pintu seperti biasanya saat dia merasa hampir ambruk.
AYAAAAH BINTANG DI KISS COWOK! MAAFIN BINTANG AYAH TAPI INI NIKMAT HAHAHA, batinnya menjerit histeris.
Senang, panik, deg-degan, gelagapan, kejang-kejang, sesak nafas, hampir gila, apa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...