Pengalaman makan malam pertama Bintang sungguh jauh di luar dugaan, ia mengira semuanya akan berjalan sangat kaku dan menegangkan namun nyatanya apa yang dibayangkan itu berbanding terbalik dengan kenyataan. Rupanya keluarga Valdo termasuk keluarga yang santai dan humoris. Terbukti karena beberapa kali papanya melempar candaan yang memang benar-benar membuat Bintang tertawa.
Ditambah informasi bahwa Jevin, teman sebangkunya saat OSPEK adalah adik dari Valdo.
"Gue gak nyangka deh Jevin itu adek lu, Kak" Bintang memulai pembicaraan saat Valdo hendak mengantarnya pulang.
"Yaelah masih di bahas aja. Dia tuh gak jelas, petakilan, cemen lagi" Valdo terlihat merendahkan Jevin walau memang kenyataannya anak laki-laki itu memang seperti itu adanya.
"Cemen gimana? Kocak sih dia kata gue mah" Bintang sepertinya memiliki persepsi yang berbeda dengan Valdo mengenai Jevin.
"Ya buktinya kalo dia suka sama orang aja gak pernah berani ngomong sama orangnya. Ngomongnya sama gueee mulu, dibilang lagi latihan menyatakan perasaan lah, kan geli. Kuping gue rasanya pengen berdarah tiap dia ngomongin si @%*^&(!#%%+$^&#!—" ucapan Valdo tidak dapat Bintang cerna dengan jelas sebab beberapa mobil polisi beserta sirinenya yang memekakan telinga dan Bintang terlalu malas untuk bertanya lagi perihal apa yang baru saja Valdo ucapkan.
Selama lima belas menit perjalanan akhirnya Valdo berhasil mengantar Bintang sampai ke depan gerbang rumahnya. Bintang yang langsung turun dan berterima kasih hanya berdiri menunggu Valdo menyalakan lagi mesin motornya namun Valdo justru diam dan melihat Bintang dengan raut wajah yang membingungkan.
"Kok gak masuk?" tanya Valdo tanpa melepas helmnya.
"Lah Kak Valdo kok gak balik?"
"Wah ngusir nih?" Valdo berlagak menyalakan mesin motornya dan hendak melaju namun Bintang dengan refleks menahan lengan kirinya sambil tertawa.
"Dih bukan gituuu. Kan gue nunggu lu pergi Kak, baru gue masuk" jelas Bintang seraya melepas genggamannya pada Valdo.
"Kenapa kita jadi lenjeh sih? yaudah gue bakal pergi kalo lu udah masuk kandang. Gih hus hus!" Valdo menyuruh Bintang untuk segera membuka gerbang dan masuk ke rumahnya persis seperti sedang menggiring seekor anak ayam.
--
"Za!" Bintang terkejut melihat Moza yang duduk di wastafel sambil mengayunkan kakiknya.
"Ih si nenek bikin kaget aja" Moza mengelus dadanya setelah melihat Bintang yang tiba-tiba muncul di balik pintu kamar mandi.
Moza terpaksa bersembunyi di toilet karena isu yang ia dengar dari Jevin bahwa hari ini akan ada razia sepatu dan sialnya hari ini Moza memakai sepatu converse putih yang jelas-jelas menyalahi aturan sekolah.
"Lu ngapain sih? Di kelas lu bukannya ada guru?"
"Lu tega banget sih Bin, ada razia gak bilang-bilang" Moza memperlihatkan tampang cemberut pada Bintang yang kini berdiri di hadapannya.
"Razia apaan? Gue gak tau sumpah!" Bintang menaikan jari telunjuk dan jari tengahnya seperti orang yang sedang bersumpah di hadapan Moza.
Bintang benar-benar tidak tau kalau hari ini akan diadakan razia sepatu, karena tidak semua anggota OSIS akan tau jika hal semacam ini akan digelar dan kebetulan Bintang tidak mengetahuinya. Moza yang sudah sekitar sepuluh menit bersembunyi di toilet bahkan merelakan absennya kosong saat pelajaran Bapak Sentot. Ia lebih takut kalau sepatu kesayangannya ini dirazia oleh pihak OSIS saat dirinya berada di kelas.
Ia ingin sekali bersembunyi di kamar mandi tapi nyatanya semua pintu sudah tertutup rapat terisi oleh siswi yang senasib dengannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa yang melakukan kesalahan seperti ini pasti bersembunyi di tempat yang jelas-jelas sudah mudah ditebak oleh pihak OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...