Chapter 34

2K 140 2
                                    

Pagi itu matahari terasa lebih dekat dengan seluruh siswa dan guru yang sedang menjalani upacara bendera. Beberapa siswa bahkan sudah tumbang dan harus dibopong ke UKS. Keringat yang sudah mengucur di dahi dan punggung mereka membuat mereka tidak nyaman.

Tidak sedikit yang berkali-kali merubah posisi berdirinya sambil sesekali menyeka keringat, ditambah pembina upacara yang seakan tidak mengerti keadaan, bukannya mempersingkat amanat, beliau malah terus berbicara membuat hampir seluruh siswa menggerutu.

Moza yang bertubuh mungil berhasil menempati barisan paling belakang dari siswa perempuan di kelasnya. Namun hal itu tidak membantu, ia tetap saja merasa panas kala sinar matahari menjalar di tubuhnya. Kepalanya sedari tadi menunduk menghindari sinar sang surya, beberapa kali pula ia mendecak dan mengeluh karena acara upacara ini tak kunjung selesai.

Ia melihat temannya yang berbaris di paling depan tiba-tiba saja pingsan dan seketika ide itu muncul. Dengan berpura-pura pingsan pasti ia akan dibawa ke UKS dan ia akan segera terbebas dari rutinitas senin pagi yang paling ia benci ini.

Dengan kemampuan acting yang memumpuni, Moza langsung menjatuhkan tubuhnya ke belakang dengan mata yang terpejam, tidak peduli dengan siapa yang ada di belakang dan harus repot-repot menahan tubuhnya, toh pasti akan ada tim medis yang membopongnya.

Ia bisa mendengar suara teman-temannya yang sedikit panik dan memanggil-manggil tim medis. Tapi ia tiba-tiba merasakan tubuhnya langsung yang diangkat oleh seseorang, entah siapa tapi ia yakin ini bukan tim medis.

Biasanya orang yang jatuh pingsan akan diangkut menggunakan tandu. Tapi ini, dia merasakan tubuhnya yang diangkat oleh sseseorang, untunglah tubuhnya terbilang mungil jadi ia tidak terlalu menyusahkan temannya ini.

Orang itu tidak juga bersuara selama menggendong Moza yang juga sebenarnya penasaran tapi Moza berusaha konsisten menutup matanya.

"Lu pura-pura pingsan ya?" Dia mulai bersuara.

Mati, ia tau siapa pemilik suara itu.

Jevin.

Moza tetap pura-pura pingsan dan tidak menjawab pertanyaan itu.

"Yaudah gue lempar aja ya disini" Tambah jevin seraya menghentikan langkah.

Moza terus berdo'a agar Jevin tidak terus-terusan mengoceh dan tetap membawanya ke UKS, bukan malah berhenti seperti sekarang ini.

Moza berharap Jevin tidak serius dengan ucapannya tadi.

"Za?" Jevin memanggil sekali lagi. raut wajahnya sedang menahan senyum karena ia tau jelas Moza tidak sedang pingsan kali ini. Toh wajahnya saja tidak terlihat pucat.

Niat untuk menjahili gadis yang sedang ada di pangkuannya itu semakin besar.

Untunglah posisi mereka sudah lumayan jauh dari lapangan upacara sehingga tidak ada siapapun yang lalu lalang disana.

"Okay fine" Moza bisa mendengar gumaman Jevin dengan jelas.

Jevin mau ngapain sih ya elah, batin Moza mulai panik.

Tanpa aba-aba, Jevin langsung mengayunkan tubuh Moza ke depan seakan hendak melemparnya. Sontak gadis itu langsung berteriak sambil mencengkram erat baju seragam Jevin, khawatir jika Jevin benar-benar akan menghempaskan tubuhnya.

Terdengar suara gelak tawa dari Jevin saat mendapati Moza yang tersadar dari pingsannya. Detak jantung Moza masih belum teratur, bahkan ia yakin wajahnya sudah memerah karena kepergok sudah berpura-pura pingsan seperti ini.

Moza menangkap sosok seseorang yang sedang berjalan ke arah mereka berdiri, sontak ia langsung pura-pura tergelak lagi di pangkuan Jevin dan langsung memukul dada cowok itu.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang