I tried to read between the lines...I tried to look in your eyes...I want a simple explanation...For what I'm feeling inside...I gotta find a way out...Maybe there's a way out...
Valdo menatap Bintang sekilas yang sedang memejamkan matanya.
Sebagus itukah suara gue sampe ini anak menikmati suara gue hahah, Batinnya pede.
Your voice was the soundtrack of my summer...Do you know you're unlike any other?...You'll always be my thunder, and I said...Your eyes are the brightest of all the colors...I don't wanna ever love another...You'll always be my thunder...So bring on the rain...And bring on the thunder...
"Yeee" Bintang bertepuk tangan saat Valdo berhenti menyanyikan lagu yang tidak pernah ia dengar sebelumnya itu.
"itu lagu siapa Kak?" Tanyanya polos.
"Boys Like Girls, judulnya Thunder. Gak tau ya lu?" Valdo mengelus puncak kepala Bintang yang sedang menggeleng pelan.
"Taunya Jen Malik doang sih lu" Celetuk Valdo dengan nada meremehkan.
"Ih seenak jidat kalo ngomong!" Meski Bintang belum pernah mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Valdo, tapi ia sempat mencerna setiap liriknya yang memang menyentuh hati.
Bintang mengamati gerak gerik Valdo yang membuka resleting jaketnya perlahan.
Dia mau ngapain yasalam?, Bintang mulai panik. Pikiran-pikiran absurd itu seakan muncul di awan khayalan yang terbang di atas kepalanya saat ini.
"Bi..." Valdo mencoba menarik perhatian Bintang yang terlihat panik.
Would you be my girlfriend? :) adalah kalimat yang ia baca dari baju putih polos yang Valdo pakai di balik jaketnya. Lucunya, kata-kata itu dibuat dari semprotan pylox berwarna merah muda yang mungkin sengaja Valdo buat sebisanya.
"Bi, semenjak ada lu, gue gak pernah sedikitpun ngelirik cewek lain, bagi gue apa yang gue harapkan dari seorang cewek ada semua di dalam diri lu. Bahkan apa yang ada di diri lu itu lebih dari cukup bagi gue"
Bintang belum juga mau menjawab soal itu.
"I'm asking you one more time, Bi would you be my girlfriend?" Tanya Valdo sambil menggenggam tangan Bintang yang sudah berkeringat.
BUNUH GUE AJA SEKARANG! MAMPUS GUE INI HARUS JAWAB APA? YA ALLAH GINI BANGET SIH YAAA, lagi lagi batinnya menjerit.
Bintang mengumpulkan keberaniannya untuk menjawab pertanyaan Valdo setelah ia berusaha keras merangkai kata untuk menjawabnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Kak, gue hargai perasaan lu sama gue selama ini, gue seneng kalo ada orang yang mau menjaga gue seperti yang lu bilang tadi, tapi..." Bintang menghentikan perkataannya, membuat raut wajah Valdo berubah drastis, senyumnya luntur saat bibir gadis itu mengeluarkan kata "tapi".
"Tapi apa?" Tanya Valdo yang semakin penasaran dengan suara yang parau, hampir tidak bisa terdengar jelas oleh Bintang.
"Tapi gue gak bisa. Saat ini, gue gak bisa terima lu sebagai pacar gue. Sorry, Kak" Jelasnya dengan rasa bersalah yang berkecamuk di dalam dadanya. Yakin, Bin?
"Kenapa Bi? Lu gak pernah punya perasaan yang sama ya kayak gue?" Tanyanya miris.
"Pokoknya gue gak bisa, Kak" Bintang menggigit bibir bawahnya, cemas.
"Tolong Bi, jelasin sama gue kenapa?" Mohonnya. Ternyata apa yang sudah ia harapkan akan terjadi sirna begitu saja, ia baru menyadari bahwa ia sudah berekspektasi terlalu tinggi.
Valdo tidak sadar bahwa ia menaruh harapan terlalu jauh pada gadis di sampingnya ini. Valdo terlalu percaya diri bahwa gadis ini akan mudah jatuh ke pangkuannya padahal nyatanya tidak! Valdo seakan melupakan bagian dimana bisa saja Bintang menolaknya mentah-mentah.
"Gue... Gue udah janji sama diri gue sendiri kalau selama SMA ini gak akan pernah pacaran sama siapapun. Gue punya tujuan yang gak bisa di ganggu gugat lagi, gue ngejar beasiswa Kak dan gue gak mau tujuan gue itu terganggu sama hal lain yang menurut gue gak penting untuk saat ini" Jelasnya, tanpa di sadari atau tidak beberapa kalimat yang ia keluarkan menusuk hati Valdo.
"Jadi menurut lu perasaan gue buat lu itu gak penting?"
"Bukan gitu, Kak. Please jangan salah faham dulu! Percaya atau enggak, kalau suatu saat kita pacaran, gue akan merasa memiliki lu sepenuhnya begitupun sebaliknya. Dan akhirnya gue akan tergantung sama lu dan akan menuntut berbagai hal. Kita akan mengatur satu sama lain tanpa kita sadari. Dan gue belum mau hal itu terjadi, gue gak mau terikat sama siapapun untuk saat ini. Gue mau fokus sama tujuan utama gue"
Bintang memang berkepribadian keras, ia akan memperjuangkan apa yang menjadi tujuan utamanya sekalipun ia harus mempertaruhkan perasaannya seperti yang terjadi saat ini. Tidak ada yang pernah memaksanya untuk mengambil keputusan itu termasuk orangtuanya, rencana ini pure ia buat sendiri. Karena Bintang selalu ingin mendapat yang terbaik untuk hidupnya.
"Intinya lu gak pernah mau mencoba untuk membalas perasaan gue?"
"Jangan pikir ini hal yang mudah bagi gue, Kak. Kalau boleh jujur, lu adalah orang pertama yang bisa bikin gue kayak sekarang ini. Dulu, saat ada cowok yang menyatakan perasaannya ke gue, dengan mudahnya gue tolak, masih dengan alasan yang sama kayak sekarang. Tapi dengan lu, semuanya terasa beda Kak. Jangan pikir gue gak ada perasaan sama lu sama sekali, munafik kalau gue bilang gue gak ada rasa sama lu setelah apa yang lu lakukan ke gue mostly bisa buat gue bahagia" Jantung Valdo berdetak berkali kali lipat lebih kencang setelah mendengar jawaban jujur dari Bintang.
Perasaan Bintang campur aduk, rasanya sulit menjelaskan semuanya pada Valdo dan membuat Valdo mengerti. Tenggorokannya terasa kering dan berat setiap kali kalimat itu akan ia ucapkan.
Kenapa orang yang tepat justru datang di waktu yang sangat salah?, Tanya batinnya.
Baginya Valdo itu berbeda, entah yang ke berapa kalinya Bintang mengakui hal ini. Jelas dia memiliki perasaan yang sama pada Valdo, jelas ia ingin menjadi milik laki-laki itu, tapi ia kembali ingat akan janji yang ia buat di awal.
Ia tidak mau mengingkari janji yang ia buat dengan dirinya sendiri itu. Butuh waktu bagi Bintang untuk meyakinkan hal ini, untuk meyakinkan bahwa pacaran adalah nomor ke sekian dalam hidupnya.
"Berarti lu punya perasaan yang sama sama gue kan Bi? Please, I love you!" Bisik Valdo pada kalimat terakhir namun tidak ada jawaban dari Bintang.
Valdo kembali frustasi dengan Bintang yang tiba-tiba diam, tidak ada jawaban untuk kalimat barusan dari gadis ini. Cuma Bintang, Cuma Bintang dalam sejarah kehidupannya yang menolaknya untuk di jadikan pacar. Meski mantan Valdo cuma ada tiga, belum lagi beberapa perempuan agresif yang mendekatinya yang selalu Valdo tolak. Intinya cuma Bintang Alessandra yang tidak ingin menjadi miliknya disaat yang lain sangat berharap memiliki kesempatan emas itu, termasuk Tia.
"Bintang Alessandra, please jawab!" kesabaran Valdo hampir habis.
"I do love you! But I couldn't be yours" Hal yang hampir semua orang benci adalah saat kita saling menyayangi namun tidak bisa saling memiliki.
***
a/n:
kyaaaaa geuleuh ya gue nulis adegan begini. sorry kalo ini lebay banget wkwk
hope you enjoy this story!
and
one voments from each of you wont hurt anybody
hehe
thanks xD
((apasih ini gak penting lol))
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...