"Za, jalannya pelan-pelan aja!" Ujar Keanu saat mereka sudah sampai di parkiran basement di suatu mall elit yang berjarak lumayan jauh dari sekolah.
Kemarin Keanu meminta Moza untuk menemaninya membeli kado untuk Baby. Sedari tadi Moza merasa sangat canggung, berduaan dengan Jevin sudah menjadi hal yang asing baginya untuk kali ini.
Bahkan saat berada di mobil pun, Moza langsung meminta Jevin untuk menyalakan radio untuk membunuh keheningan yang menyelimuti mereka.
"E—eh iya. sorry, sorry" Moza tersenyum kaku. Ini jelas bukan dirinya, ia tidak pernah secanggung ini dengan seseorang.
Moza pun tidak mengerti kenapa ia berlaku seperti ini, padahal Keanu terlihat biasa-biasa saja kepadanya.
Akhirnya langkah mereka seragam, Moza sudah sering mengunjungi mall ini bersama papanya setiap malam minggu. Ya, papanya menggantikan posisi pacar barunya yang belum juga menghampiri, bahkan belum Moza ketahui siapa itu.
Kasarnya, Moza sedang jomblo. Setelah putus dari Keanu, Moza belum juga mau menambatkan hatinya pada orang lain. Bukan karena ia belum bisa move on dari Keanu sebagai mantannya, namun ada satu hal yang memang membuatnya enggan, tapi Moza juga tidak mengerti persisnya apa.
Moza mengajak Keanu untuk masuk ke salah satu toko baju dengan merk terkenal, Moza yakin kalau Baby tidak akan menolak jika dihadiahi barang semacam ini, apalagi ini adalah brand favorit Baby.
Tapi tiba-tiba saja Keanu menahan lengan Moza, membuat gadis itu terkesiap dan berhenti melangkah, "Baju dia udah banyak, Za! Setau gue dia lagi pengen kalung deh".
Moza langsung mengerenyitkan dahinya saat menemukan sesuatu yang janggal dari ucapan Keanu,
"Kalo lu udah tau Kak Baby lagi pengen apa, kenapa lu harus minta tolong gue?" Tanya Moza sambil mencoba melepaskan cengkraman Keanu dari lengannya.
Keanu langsung tertegun, dia akui dia salah ngomong. Dan kenapa juga Moza harus peka terhadap ucapannya yang salah. Tanpa sadar ia membawa tangannya ke leher bagian belakang dan mengusapnya berkali-kali.
"Yaa.. gue bingung. Gue gak tau selera Kak Baby kayak gimana. Dan gue yakin lu pasti tau" Keanu tertawa hambar, diikuti tatapan Moza yang menggambarkan ekspresi -Gitu ya?- pada Keanu.
Mereka berdua langsung berjalan menuju toko yang menjual perhiasan, letaknya lumayan jauh dari toko baju tadi.
Keanu yang mengaku sedang menjalani pemulihan pada kakinya yang cidera langsung mengajak Moza untuk naik lift saja dibanding harus naik eskalator.
Sial, sungguh sial karena peminat jasa lift ini cukup banyak. Beberapa kali Moza menahan Keanu untuk tidak naik lift karena kondisinya yang memang sudah penuh.
Keanu hanya mendengus, sampai kapanpun penumpang di lift ini akan sama, karena kondisi mall memang sangat ramai saat ini.
"Kapan naiknya kalo kita mundur lagi mundur lagi?" Tanya Keanu sambil mengerucutkan bibirnya.
Mau tidak mau Moza menuruti keinginan Keanu, dengan berat hati ia mengikuti Keanu yang sudah memasuki lift yang tidak bisa dibilang lengang itu.
Keanu langsung membalikkan tubuhnya saat Moza berdiri persis di hadapannya. Moza mendengus,
Apa gue bilang. ini lift padet banget, Key, batinnya kesal.
Bahkan belum sempat Moza bergerak untuk membelakangi Keanu, sudah ada pengunjung lain yang masuk dan membuat Moza terdorong dan tidak mampu bergerak.
Jarak mereka sangat dekat, bahkan Moza bisa merasakan hembusan nafas Keanu di atas kepalanya.
Ya, Keanu tinggi dan Moza mungil. Moza hanya bisa menatap dada Keanu yang naik turun dengan ritme yang teratur. Ia tidak berani mendongakkan kepalanya. Ia tidak mau beradu pandang dengan Keanu, tidak dengan jarak sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...