Bintang berjalan ke parkiran sendiri, karena Oliv sedang kumpul ekskul dan Moza yang sudah dijemput tepat waktu. Ia memakai jaket, jas hujan dan helmnya dengan buru-buru karena cuaca yang sudah mendung sejak tadi.
Ia tidak mau kalau harus kena hujan sebelum sampai ke rumah. Ia menaiki motornya dengan tergesa-gesa dan mulai memutar kuncinya berlawan arah jarum jam. Tapi belum sempat motornya menyala, seseorang membuat perhatian Bintang tertarik.
Valdo yang dengan santai menaruh tasnya di jok kemudian merogoh isi tasnya, ternyata ia sedang mengambil slayer hitam dari dalam tasnya. Ia langsung memakai slayer itu sambil menghadap Bintang yang langsung mengalihkan pandangannya lagi ke speedometer di bagian depan motornya. Ia berusaha menyalakan motornya tapi sialnya motor itu tidak kunjung memberikan tanda-tanda baik.
ayooo dong nyala sebelum gue pingsan ditempat, batinnya. bukan saja karena ada Valdo disampingnya, melainkan penampilan dirinya yang konyol karena sudah memakai jas hujan padahal hujan belum tentu turun saat itu. Bintang malu setengah mati.
"Kenapa motornya? Mogok?" tanya Valdo pada Bintang yang terlihat semakin panik. Ia bisa tau Valdo tersenyum walau setengah wajahnya tertutupi karena kedua mata Valdo yang menyipit, gemas.
"Gak tau deh nih, malah ngadat" Bintang menghentakkan satu kakinya pada tanah yang dilapisi conblock itu.
Tanpa aba-aba, Valdo langsung menghampiri motor Bintang yang terparkir di sebelahnya dan mengisyaratkan Bintang untuk turun dulu dari motornya. Valdo terus menstarter beberapa kali, otot ditangannya mengeras saat menahan di kedua stang motor berwarna putih itu. Mata Bintang hanya tertuju pada otot tangannya yang lumayan kekar sampai suara semburan knalpot memecahkan lamunannya. Motornya langsung menyala dan Bintang akhirnya bisa bernafas lega.
Valdo beranjak dan menepuk pelan lengan Bintang "hati-hati ya" sentuhan singkat itu seakan melunakan tulang yang ada ditangannya. Anjir belum apa-apa udah dihati-hatiin aja shit, jantungnya seakan melompat kegirangan.
"hati-hati mogok lagi maksudnya" Valdo tersenyum sambil berlalu saat motor ninjanya berjalan melewati Bintang yang hanya senyum terpaksa.
--
Suara televisi menggema di ruang keluarga namun tidak ada yang memperhatikan acaranya. Moza yang sedang berbaring sambil membaca novel "Fangirl" sengaja menyalakan televisi agar ruangan itu tidak terasa hening lagi. setidaknya Moza serasa ada yang menemani.
Setengah jam membaca novel sambil berbaring cukup membuat mata Moza terasa berat karena rasa kantuk yang datang perlahan. Tanpa ia sadari matanya sudah tertutup dan bukunya jatuh diatas dadanya. Sudah menjadi kebiasaan Moza selalu menunggu papanya pulang dari kantor sampai larut malam seperti ini. Setidaknya dia bisa memastikan kalau papanya baik-baik saja saat pulang.
Ia sangat takut kehilangan orang yang ia sayang satu-satunya itu, setelah mamanya meninggal tiga tahun lalu karena menjadi korban pembunuhan dirumahnya sendiri saat Moza sudah tertidur pulas di kamarnya dan papanya yang belum pulang karena harus lembur.
Waktu menunjukan pukul sembilan saat mama memarkirkan mobilnya di garasi. Saat Feni—mama Moza hendak turun dari mobil dan menutup pagar rumah, ia tidak menyadari bahwa ada dua orang asing yang menguntit dan bersembunyi di balik mobil.
Feni langsung membuka pintu rumah setelah memutar kuncinya dan langsung masuk. Belum sempat pintu itu tertutup rapat, seseorang langsung menahannya dari luar. Feni terkejut dan langsung berteriak pada dua orang dengan baju serba hitam itu tapi salah satu dari mereka langsung mengangkat pistol searah dengan pelipis Feni membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...